Gaduh Di Rempang: Bahlil Tuding Persaingan Investasi, DPR Tunjuk Tetangga Batam
angkaberita.id - Gaduh di Rempang merembet ke mana-mana. Menteri Investasi menuding ada negara tak senang dengan rencana investasi di Batam lewat pengembangan Rempang Eco City konsesi 80 tahun senilai Rp 301 triliun, dan serapan tenaga kerja hingga 300-an ribu orang.
Kepada DPR, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut ada tiga pemicu gaduh di Rempang tadi, termasuk indikasi sejumlah negara tak senang dengan kebijakan hilirisasi di Tanah Air. Khusus di Rempang, hilirisasi pasir kuarsa menjadi produk panel surya penopang PLTS di Kepri.
Kata Bahlil, akibat gaduh tadi, Presiden Jokowi memerintahkan dia kembali turun ke Rempang menyampaikan langsung skema kompensasi relokasi di sana. Terpisah, anggota DPR menunjuk hidung negara disebut Bahlil tak senang dengan kemajuan investasi di Batam.
Terpisah, selain meminta tambahan anggaran ke DPR, Kepala BP Batam Rudi juga blak-blakan menyampaikan kekhawatiran calon investor di Rempang. Kata dia, jika terus berlarut, bukan mustahil mereka akan mengalihkan rencana investasinya ke Malaysia.
DPR lewat Komisi VI mengamini tudingan Menteri Bahlil. Bahkan, mereka juga tunjuk hidung negara dimaksud. "Pihak-pihak di luar negeri, seperti Singapura maupun negara lain melihat ini juga sebagai ancaman," kata Harris Turino Kurniawan, anggota Komisi VI DPR, seperti dikutip Katadata, Kamis (14/9/2023).
Benang Merah
Lewat Permenko Perekonomian No. 7 Tahun 2023, Rempang Eco City menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Jauh sebelum itu, Kemenko juga menetapkan PLTS Kepri menjadi PSN, begitu juga Kepri menjadi konsentrasi industri energi baru.
Lantaran krisis energi, Singapura sejak tahun 2021 meneken kerjasama perdagangan lintas negara. Terbaru, mereka sepakat mengimpor listrik dari PLTS di Tanah Air, kemungkinan besar dari Batam, setelah dua tahun lalu meneken MoU dengan sejumlah konsorsium PLTS di Batam.
Kabar impor tadi setelah Bahlil, bareng PT MEG pengembang Rempang Eco City, berhasil meyakinkan Xinyi Group berinvestasi ke Rempang di Batam. Sebelumnya mereka, meskipun skala kecil, telah mencoba peruntungan serupa di Babel dan Jatim. Yakni, membangun pabrik panel surya.
Listrik Kabel Laut
Selain di Rempang, Xinyi juga telah membangun pabrik serupa di Malaysia. Lokasinya di Malaka. Tahun 2021, pemerintah Malaysia menyetop ekspor listrik rendah karbon ke Singapura. Negeri Singa hanya boleh impor listrik bersumber fossil fuel. Mahathir Mohamad, PM Malaysia mengkritik langkah tadi.
Selain impor listrik dari Malaysia, Singapura juga mengimpor listrik dari Kamboja lewat skema Keppel Energy. Negeri Singa tadi, karena defisit listrik kian menjadi-jadi, juga berencana impor listrik dari Negeri Kanguru. Mereka telah berinvestasi PLTS di Australia, impor listriknya lewat kabel laut melalui Indonesia.
Tapi, rencana itu harus mendapatkan restu Indonesia. Ujungnya, PM Lee Hsien Loong dan Presiden Jokowi sepakat kerjasama perdangan listrik lintas batas, alias crossborder trade electricity di awal 2023. Kemenko Marinves merilis skenario ekspor listrik ke Singapura kemungkinan setelah tahun 2030, karena Indonesia perlu membangun industri penopang PLTS.
Belakangan Menko Maritim Luhut Panjaitan, dalam satu kesempatan, akan merestui Singapura impor listrik dari Indonesia, seperti Batam, tapi syaratnya harus investasi industri penopangnya di Indonesia. Tarik ulur berhenti setelah Xinyi siap menggelontorkan duitnya ke Batam, hilirisasi pasir kuarsa di Rempang menjadi panel surya. Tahap awal, mulai 2026 mereka impor listrik dari PLTS di Pulau Bulan.
(*)