Heboh Di Jakarta, Pengusaha Ramai-ramai Jual Obral SPBU. Kenapa?

ilustrasi spbu dwi narwoko via merdeka.com

Heboh Di Jakarta, Pengusaha Ramai-ramai Jual Obral SPBU. Kenapa?

angkaberita.id - Belakangan heboh di Jakarta, sejumlah pengusaha ramai-ramai menjual SPBU mereka. Iklan penjualan terpantau di sejumlah lapak online, meskipun bisnis SPBU dianggap bisnis paling cepat balik modal.

Tapi, Head of Advisory Services Colliers International Indonesia Monica Koesnovagril mengungkapkan, secara bisnis properti, SPBU bukan lagi bisnis menguntungkan jika lokasinya begitu strategis. Sebab, lahan di lokasi otomatis juga bernilai jual tinggi. Pun, dengan pajaknya.

"SPBU sebenarnya supply dan demand. Banyak SPBU lokasinya di tengah kota dan harga tanahnya sudah mahal," ungkap dia, seperti dikutip CNBC Indonesia, Kamis (5/1/2023). Nah, di Jakarta, KLB (Koefisien Lantai Bangunan) juga sudah naik. Apalagi kabarnya, nanti beli BBM hanya ke satu SPBU saja, alias tak bisa pindah-pindah. Belum lagi prospek mobil listrik.

"Jadi secara konsep optimalisasi lahan akan lebih optimal untuk dibangun yang lebih high-rise," beber dia. Bangunan high rise seperti apartemen atau perkantoran memang lebih banyak membutuhkan modal. Tapi, perputaran uangnya lebih cepat karena lokasi SPBU tadi strategis.

Pendeknya, sebut dia, "Tapi kalau berdasar oh sekarang harganya sudah mahal, KLB sudah tinggi, jadi rasanya kok sayang cuma dipakai buat SPBU." Riset CNBC Indonesia, sejumlah SPBU di Jakarta dilepas ke pasar seharga Rp 35 miliar di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kemudian Rp 30 miliar di Duren Sawit.

Di Pantai Indah Kapuk, SPBU dijual Rp 60 miliar. Kemudian di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rp 30 miliar. Di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rp 70 miliar. Satu iklan penjualan SPBU berbunyi: "Dijual SPBU Pertamina siap pakai kondisi bagus. Untuk pom bensin Cirendeu, Luas tanah ±1800m², Sertifikat SHM, tersedia Pertamax-Pertalite - Solar".

Cuan Pertashop

Kalau di Jakarta, pengusaha ramai-ramai jual SPBU. Di Kepri, sejumlah pengusaha justru mencoba peruntungan ke Pertashop, termasuk sejumlah BUMDes. Sebab, hitungan tiga tahun, dengan hanya menjual BBM non subsidi, mereka langsung balik modal.

Penetrasi mobil listrik di Kepri, untuk sebagian, juga tak sekuat di Jakarta nantinya jika benar-benar terjadi migrasi transportasi dari kendaraan BBM ke kendaraan listrik. Mobil BBM akan bermigrasi ke kawasan perdesaan menjauh dari perkotaan. Persis seperti nasib BBM beroktan rendah seperti premiun.

Gelombang pertama mobil listrik di Pulau Jawa, jika terealisasi, kemungkinan akan membuat provinsi luar Jawa akan kebanjiran kendaraan BBM. Belum lagi, meskipun harga BBM telah naik, APBN masih menanggung beban subsidi besar pembelian BBM.

Parahnya, banyak BBM subsidi justru tak tepat sasaran seperti dikeluhkan BPH Migas akibat pencurian BBM dengan berbagai modus di Tanah Air. Kerugian negara Rp 17 miliar di tahun lalu. Kabar buruknya, setelah puluhan tahun berstatus eksportir migas, kini Indonesia resmi negara importir migas.

(*)

Bagikan