Pemilu Malaysia 2022, Kuburan Politik Bagi Nama Besar?

tiga menteri petahana kalah di pemilu malaysia, sabtu (19/11/2022), (dari kiri ke kanan), azmin menteri perdagangan, khairy menteri kesehatan, dan zafrul menteri keuangan/foto via mothership.sg

Pemilu Malaysia 2022, Kuburan Politik Bagi Nama Besar?

angkaberita.id - Pemilu Malaysia, Sabtu (19/11/2022) pekan lalu, bukan hanya mosi tak percaya kepada Barisan Nasional, koalisi parpol pimpinan UMNO, tapi juga kuburan politik bagi nama besar di pentas politik di Negeri Melayu.

Selain Mahathir Mohammad, PM terlama dan tertua di Malaysia, Pemilu dipercepat kemarin, juga menandai mulai lunturnya pengaruh politik Anwar Ibrahim ke akar rumput. Sebab, Mahathir kalah di Langkawi, dapil kampung halaman.

Kemudian Nurul Izzah, pewaris politik Anwar, juga gagal melenggang ke Putra Jaya setelah kalah di Pematang Pauh, dapil langganan sang ayah. Bedanya, Anwar lolos dan berpeluang kuat menjabat PM setelah memenangi duel panas di Tambun, Negara Bagian Perak.

Sistem Pemilu di Malaysia memungkinkan calon bertarung dari dapil berbeda dari sebelumnya sesuai DCT parpol. Sedangkan Mukhriz Mahathir, seperti sang ayah, juga tak terpilih ke parlemen pada Pemilu kemarin.

Sejumlah politisi veteran UMNO juga gagal setelah bertahun-tahun tak tersentuh, termasuk Tengku Razaleigh Hamzah, mantan Deputi PM Malaysia. Politisi rival Mahathir di masa jayanya juga terlempar dari kekuasaan seiring tenggelamnya pamor BN di mata pemilih tradisional Melayu.

Bukti lainnya, lebih hitungan jari menteri di Kabinet Ismail Sabri Yaakob gagal melenggang ke Dewan Rakyat, alias DPR Malaysia. Bukan main-main, tiga menteri di antaranya merupakan nama besar dan berasal dari klan politik Melayu.

Seperti Khairy Jamaluddin, Menkes Malaysia, sekaligus mentantu Abdullah Ahmad Badawi, mantan PM Malaysia. Meski dinilai sukses menghalau pandemi COVID-19 di sana, dia kalah di Sungai Buloh kandang Pakatan Harapan.

Penempatan ke Dapil Sungai Buloh, untuk sebagian, gegara dia mengkritisi Ahmad Zaid Hamidi, Presiden UMNO. Khairy bukan politisi satu-satunya, bahkan beberapa lainnya memilih melawan dengan beralih parpol hitungan jam sebelum Pemilu.

Sebagian sukses, termasuk pembesar BN berpindah ke Perikatan Nasional, terutama mereka bertarung di Perlis, Perak, Pahang, dan negara bagian wilayah utara dan tenggara Malaysia.

Selain Khairy, juga gagal ke DPR Tengku Zafrul Azis dan Azmin Ali, masing-masing, Menkeu dan Menteri Perdagangan Internasional. Ketiganya sekutu PM Ismail Sabri Yaakob, dan nama terakhir pembesar dari Bersatu.

Ironisnya, Bersatu merupakan motor Perikatan Nasional (PN), koalisi parpol paling banyak dapat durian runtuh dari tenggelamnya pamor BN. Azmin juga lawan politik Anwar Ibrahim, meskipun dulu sama-sama pendiri PKR.

Insiden Sheraton Move menjadi puncak rivalitas mereka. Gara-gara manuver itu, Pakatan Harapan harus menerima kenyataan dari pemerintah menjadi oposisi di parlemen.

(*)

Bagikan