Gedar Pinang (2-Habis): Catat Sejarah Batal, Langganan Kepala Daerah Sementara

gedung daerah tanjungpinang/foto via suarasiber.com/lalu arif rivaan

Gedar Pinang (2-Habis): Catat Sejarah Batal, Langganan Kepala Daerah Sementara

Meskipun telah berusia 200 tahun, namun penghuni Gedung Daerah Tajungpinang, terutama sejak Kepri menjadi provinsi sendiri, agaknya terus berasal dari lingkaran terbatas. Sebagian batal tercatat dalam sejarah, sebagian lainnya menjadi bagian legasi tak biasa Gedar Pinang. Yakni, saksi bisu langganan kepala daerah sementara

GEDAR Pinang, kependekan Gedung Daerah Tanjungpinang, resmi menjadi kediaman gubernur setelah Presiden Soekarno melantik SM Amin Nasution menjabat Gubernur pertama Riau selepas mekar dari Provinsi Sumatera Tengah tahun 1958.

Selama dua tahun, Gubernur Sumatera Utara 1947-1948, menakhodai provinsi baru dengan jejak cerita kejayaan masa silam, Kerajaan Riau Lingga, sebelum akhirnya berpindah ke Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau, tahun 1960. Wilayah Riau mencakup Riau daratan dan Riau Kepulauan. Nama terakhir akrab disebut Kepri.

Hingga dekade 2000-an, Kepri masih diperintah dari Pekanbaru. Baru tahun 2002, sejak resmi berstatus Provinsi Kepri, pemerintahan Kepri berpusat di Bumi Segantang Lada. Tanjungpinang, setelah timbang menimbang dengan Batam, akhirnya dipilih menjadi ibukota provinsi. Sejak itu, Gubernur Kepri berumah dinas di Gedar Tanjungpinang.

Ismeth Abdullah menjabat Gubernur Kepri pertama hasil Pilgub, persisnya di tahun 2005. Menantu Gubernur SM Amin Nasution itu mengandaskan harapan Nyat Kadir Walikota Batam saat itu. Sejak saat itu, sirkulasi kepemimpinan Kepri melalui Pilkada hanya berkutat pada lingkaran terbatas.

Fenomena Kepri?

Tahun 2010, Aida Ismeth berduet dengan Eddy Wijaya maju ke Pilgub. Namun istri Ismeth itu kalah suara dari pasangan M. Sani-Soerya Respationo. HM. Sani merupakan duet Ismeth di Pilgub 2005, alias Wagub Kepri 2005-2010. Sedangkan Eddy Wijaya, Sekdaprov Kepri saat itu, masih terhitung kerabat Ansar Ahmad, Gubernur Kepri sekarang.

Pilgub 2015, menjadi debut Ansar ke pentas politik Kepri. Berduet dengan Soerya, Wagub Kepri 2010-2015, mereka kalah suara dari pasangan HM Sani-Nurdin Basirun. Hasil itu menorehkan catatan khusus, setidaknya hingga saat itu, pintu rekrutmen suksesi kepemimpinan di Kepri ialah bupati atau walikota.

Ansar dan Nurdin, masing-masing, berstatus Bupati Bintan dan Bupati Karimun. Hingga kemudian, Isdianto Kadispenda Kepri saat itu, lewat proses di DPRD Kepri, duduk menjabat Wagub Kepri menyusul wafatnya Gubernur HM Sani, sang abang, tahun 2016. Kursi Wagub lowong dua tahun sejak Presiden Jokowi melantik Nurdin Gubernur Kepri tahun 2016.

Penghuni Gedar berganti lagi gegara kejadian 2019. Isdianto resmi menjadi penghuni terbaru usai Presiden Jokowi melantiknya di tahun 2020, setelah setahun melakoni status Plt Gubernur Kepri. Tahun 2020, Isdianto gagal melanjutkan kursinya meskipun berstatus inkumben. Ansar-Marlin terpilih di Pilgub Kepri 2020. Marlin istri Walikota Batam, M. Rudi.

Praktis, sejak Pilgub pertama, Gedar menjadi saksi bisu fenomena khas Kepri. Pertama, selama kurun lima tahun terakhir, Presiden Jokowi telah melantik empat Gubernur Kepri. Kedua, praktis sejak Pemprov Kepri berdiri, hampir dua jari tangan pejabat berstatus penjabat Gubernur Kepri menghuni Gedar Pinang.

Ketiga, Pilgub bukan satu-satunya pintu menjadi Gubernur Kepri. Keempat, sirkulasi kepemimpinan politik Kepri berputar dan berkutat pada lingkaran terbatas. Meski demikian, fenomena ketiga dan keempat, sejatinya juga terjadi di level pemerintahan dan daerah lain. Pemicunya hanya dua, kepala daerah wafat atau menjadi terpidana. Di Kepri, jejak Isdianto terulang di Tanjungpinang, dan besar kemungkinan di Bintan.

Sejarah Batal

Kandasnya Aida dan Isdianto, dalam kesempatan berbeda, menambah catatan sejarah batal di Gedar Pinang. Jika Aida terpilih, dia akan mengikuti jejak sang ayah, menjadi anak dan ayah Gubernur di Kepri. Tapi, sejarah agaknya belum berpihak. Sebagai gantinya, Gedar Pinang menjadi saksi bisu abang adik menjabat Gubernur Kepri di tangan HM Sani-Isdianto.

Jika Eddy terpilih, dia kelak juga bakal tercatat menjadi biras penghuni Gedar. Karena dia dan Ansar Gubernur Kepri sekarang, sama-sama berstatus keluarga lantaran hubungan pernikahan. Eddy menikahi kakak kandung Dewi Komalasari, istri Gubernur Ansar. Jika Isdianto terpilih, dia berpeluang meneruskan jejak sang kakak, menjabat gubernur di dua perode berbeda.

Hanya saja, Gedar Pinang juga menjadi saksi bisu belum pernah ada Gubernur Kepri tuntas dua periode jabatan, termasuk Sani lantaran wafat di awal periode kedua. Kondisi terkini, disebut-sebut Gubernur Ansar balal maju kembali ke Pilgub 2024, dan HM Rudi Walikota Batam lantaran habis periode jabatan digadang-gadang sejumlah kalangan maju ke Pilgub nanti.

Jika terealisasi, keduanya bakal memberikan Gedar Pinang torehan legasi, bisa berupa sejarah batal, atau justru sejarah baru. Namun, satu ikhwal pasti, jika itu terjadi Gedar Pinang kembali menjadi saksi hadirnya satu penghuni baru, penjabat gubernur Kepri 2024. Untuk sebagian, penjabat kepala daerah agaknya bakal menjadi penghuni paling pasti Gedar Pinang nantinya. Siapa tahu?

(*)

Bagikan