Travel Bubble Kepri: Menguji Coba Resep Menteri Sandiaga!

sebelum pandemi covid-19, ikan asin di tanjungpinang menjadi buruan wisman singapura sehabis berkunjung kepri. selain menjadi oleh-oleh, ikan asin juga menjadi kebutuhan dapur sebagian warga singapura.foto ilustrasi suasana kedai ikan asin di tanah air/foto via okezone.com

Travel Bubble Kepri: Menguji Coba Resep Menteri Sandiaga!

angkaberita.id - Saat datang ke Batam, pada awal tahun 2021, Menpar Sandiaga Uno bermimpi Kepri dapat menjadi destinasi wisata syuting film. Lanskap alam eksotis menjadi nilai lebih. Meski tak menyebut lokasi, Sandiaga percaya lokasi itu terdapat di Kepri.

Terbukti? Pemerintah mengizinkan Bali dan Kepri membuka pintu wisata dengan skema travel bubble. Kemenkumham menerbitkan visa kunjungan wisata, termasuk tujuan syuting film, demi menyukseskan kebijakan wisata di masa pandemi COVID-19 itu. Namun, Kepala Dispar Kepri mengaku Kepri bukan butuh itu, tapi kunjungan wisata tanpa karantina.

Kenapa? Sebab, beda dengan Bali, karakteristik Kepri identik dengan pelancong dari Singapura dan Malaysia, dua negara penyumbang kunjungan terbesar ke Bumi Segantang Lada. Dengan memanfaatkan selisih kurs, banyak wisman kedua negara itu berjunjung ke Kepri, terutama Batam. Mereka belanja kebutuhan sehari-hari.

"Banyak wisman dari Malaysia dan Singapura yang berbelanja kebutuhan sehari-hari pada saat weekend," ungkap Edi Sutrisno, Direktur Eksekutif Batam Tourism and Promotion Board, seperti dikutip Okezone, Sabtu (23/1/2021). Namun Sandi melihat, Kepri memiliki potensi lebih dari itu.

"Satu investasi yang menurut saya memiliki aspek menggerakkan ekonomi Batam dan Kepri yang sudah banyak bekerjasama dengan production house dari luar negeri, bahkan Amerika dan Inggris," kata Sandiaga, sehari sebelumnya, saat berkunjung di Batam. Dalam hitungan Sandiaga, skenario itu bukan mustahil.

Kemenpar katanya, telah menciptakan hampir 400 lapangan pekerjana dari lokasi pembuatan syuting film itu. Karena industri perfilman di bawah ekonomi kreatif, Sandi mengingatkan pemainnya harus setiap pada tiga aspek krusial.

Yakni, "Pertama lakukan inovasi, kedua harus bisa adaptasi, kita harus terbiasa melakukan strategi bisnis di tengah pandemi. Terakhir adalah kolaborasi. Jadi semua berkolaborasi untuk kesejahteraan Batam dan Kepri, dan Indonesia tentunya," pesan Sandiaga saat itu. Namun, belum terdengar skenario Kepri merealisasikan mimpi Sandiaga itu.

Saat travel bubble, Kepri justru ngotot melobi pemerintah pusat memberikan diskresi wisata tanpa karantina. Sebab, untuk sebagian, itu justru membantu wisata Kepri. Sebab, jika membidik wisatawan berkantong tebal, seperti desain Menko Luhut Panjaitan di Bali, pilihan Lagoi dan Nongsa memang masuk akal.

Tapi, jika tujuannya menggeliatkan ekonomi, Pemprov Kepri agaknya lebih condong membuka pintu wisata Singapura, alias wisatawan pergi pagi pulang sore alias commuting tourism, berkumpul sodare mare di Kepri, sembari menikmati selisih kurs mata uang. "(Karakteristik wisata) Kepri beda dengan Bali," kata Buralimar, Kepala Dispar Kepri, pada satu kesempatan.

(*)

Bagikan