Travel Bubble Kepri, Tiga Skenario Realistis Menjaring Wisman Ke Lagoi!
angkaberita.id - Travel bubble Kepri bukan sekadar membuka pintu gerbang wisata, tapi terpenting meyakinkan wisman berkunjung ke Lagoi. Pesimisme ketiadaan wisman berkunjung di pekan-pekan pertama setelah 14 Oktober, perlu disiasati sesuai karakteristik daerah masing-masing.
Terbitnya ketentuan visa wisata, termasuk tujuan membuat film dapat menjadi bekal mendesain paket wisata. Sebab, untuk sebagian, karakteristik Bali dan Kepri berbeda. Di Bali, demi menjaga citra Bali di mata internasional, sejumlah kalangan menyarankan perlunya paket wisata premium (premium tourism), dengan menyasar, seperti skenario Menko Luhut, wisman berduit.
Seperti dilansir balipost, Jumat (15/10/2021), Deputi Kepala Bank Indonesia Wilayah Bali, M Setyawan Santoso menyarankan skenario wisman pesawat pribadi (chartered flight), bekerjasama dengan perusahaan perjalanan wisata. Sebab, dalam perhitungannya, belum akan banyak penerbangan ke Bali, meskipun dibuka travel bubble per 14 Oktober.
"Wisata premium paket wisata terdiri pelayanan akomodasi, atraksi dan amenities premium. Jadi paket wisata menyediakan transportasi eksklusif seperti pesawat carter (chartered flight), pelayanan hotel bintang lima super lux serta atraksi tujuan wisata disertai fasilitas supermewah," kata Santoso.
Wisman kriteria itu biasanya berkunjung kepentingan leisure ataupun bekerja, dengan jangka waktu sebulan atau lebih. Demi memikat mereka, Santoso menyebut, empat kriteria perlu dipenuhi. Yakni, pertama limited pax alias wisman datang kelompok terbatas. Sehingga lebih terjamin keamanan dan kesehatan.
Kedua, high spender, berasal dari kalangan super kaya (crazy super rich) punya dana berlimpah dan berwisata mewah. Ketiga, long stay alias tinggal dalam waktu lama. Jadi masa karantina lima hari tak berpengaruh bagi mereka. Keempat, low risk alias wisman golongan kaya dengan hidup sehat dan teratur, sehingga rendah risiko membawa COVID-19.
Agen perjalanan lokal, menurutnya, dapat bekerjasama dengan agen perjalanan tujuan, semisal di Eropa, Amerika, dan sebagainya, dengan jemputan pesawat pribadi dan transportasi dan atraksi wisata eksklusif. Seperti diketahui, ketentuan karantina lima hari setibanya di Tanah Air, bukan hanya berlaku bagi wisman di Bali dan Kepri, tapi seluruh warga negara asing masuk dengan pintu Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Sam Ratulangi, di Tangerang dan Manado.
Bagaimana dengan Kepri? Kendati kecenderungan di Kepri shorterm tourism, hitungan dua hingga tiga hari, perlu terobosan mendatang wisman berkantong tebal, khususnya dari Singapura, seperti diharapkan Gubernur Ansar. Karena belum ada penerbangan langsung, pintu masuk Singapura ke pelabuhan di Batam dan Bintan lebih realistis.
Kadispar Buralimar hanya menjawab singkat ketika ditanya skenario membidik wisman ke Kepri melalui skema wisata kunjungan membuat film. "Yup," kata Buralimar, Kamis (14/10/2021) per WA. Jika skenario pertama, wisman masuk ke Bintan melalui Singapura, dengan target wisman dari 19 negara boleh masuk ke Tanah Air.
Skenario kedua, seperti disuarakan kalangan pelaku usaha wisata, dengan melobi Singapura skema Vaccinated Travel Lane (VLN). Sebab, meskipun Singapura baru membukanya dengan delapan negara, yakni Kanada, Denmark, Prancis, Italia, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat.
Sebagian negara itu, untuk sebagian, ada irisan dengan daftar 19 negara boleh masuk ke Bali dan Kepri, yakni Prancis, Spanyol, dan Italia. "Sekarang kita upayakan agar wisman tetap dapat masuk ke Bintan. Harapan kita wisman dari Singapura dapat kunjungi Lagoi melalui skema VTL," ujar Abdul Wahab, Bos PT Bintan Resort Cakrawala (BRC), seperti dilansir Batamnews, Selasa (12/10/2021).
Kepri sendiri, berdasarkan Permenkumham No. 34/2021 sudah terbuka bagi warga negara asing, dengan visa kunjungan terbatas, khususnya ekspatriat pekerja di kawasan industri, dan belasan tempat pemeriksaan imigrasi tertentu dibuka kepentingan itu. Meski tak seperti Bali menarget crazy super rich, Kepri juga bukannya tabu membidik mereka, terutama dari Asia Timur dan Timur Tengah. Sebab, berdasarkan data, pandemi membuat sejumlah negara melahirkan banyak jutawan baru, termasuk Tiongkok.
(*)