COVID-19 Di Kepri: Kenapa Singapura-Malaysia Siap Berdamai Dengan Pandemi?

dengan status ppkm mikro level 4, batam dan tanjungpinang harus mengejar positivity rate di bawah 5 persen melalui test and tracing. persoalannya, khususnya tanjungpinang, terbatas tenaga kesehatan, bukan hanya terkonsentrasi ke vaksinasi tapi juga banyak terpapar covid-19/foto ilustrasi nakes di india via ap/altaf qadri via cnnindonesia.com

COVID-19: Kenapa Singapura-Malaysia Siap Berdamai Dengan Pandemi?

angkaberita.id - Saat PPKM Mikro Level 3-4 memanen pergunjingan di Kepri, Singapura dan Malaysia telah bersiap berdamai dengan pandemi COVID-19. Bedanya, keputusan Singapura setelah level herd immunity tercapai, berkat vaksinasi massif. Malaysia lantaran lockdown mengakibatkan nasib sang PM di ujung tanduk.

Seperti dilansir detikcom, Malaysia disebut tak akan memperpanjang status darurat pandemi setelah menerapkan sejak awal tahun. Per 1 Agustus 2021, pemerintah berencana mencabut status lockdown itu. Menteri Kehakiman Takiyuddin Hassan, seperti dikutip Reuters, rezim Muhyiddin Yasin tak akan meminta raja memperpanjang lockdown berakhir 1 Agustus pekan depan.

Takiyuddin mengutarakan di depan parlemen Malaysia, Senin (26/7/2021). Berdalih menekan pandemi, sejak Januari lalu, Malaysia lockdown, namun dinilai justu tak efektif menekan COVID-19. Sebaliknya situasi justru memburuk sehingga memicu kemarahan publik.

Beberapa hari terakhir, kasus COVID-19 di Negeri Mahathir justru merangsek tinggi. Per Senin (26/7/2021), kasus infeksi di Malaysia menacapai 1.027.954, sebanyak 165.840 kasus aktif. Kendati dengan alasan berbeda, Singapura juga jauh hari menyatakan berdamai dengan pandemi. Kuncinya vaksinasi!

Kendati demikian, Singapura tetap memberlakukan lockdown secara kasuistis. Artinya, jika terjadi lonjakan kasus mendadak, dan dilakukan secara terbatas. Singapura, seperti dilansir Straits Times, Selasa (27/7/2021), tengah mematangkan skema berdamai dengan pandemi, melalui herd immunity, dengan target memvaksin minimal 80 persen warganya.

Seiring target itu, Singapura disebut tengah mempertimbangkan protokol kesehatan baru, dengan mendasarkan angka vaksinasi, pengendalian virus, dan angka rawat inap (BOR) COVID-19. "Setiap pembatasan dilonggarkan hanya akan diperluas untuk individu divaksinasi, jauh lebih terlindungi dari efek virus," klaim Menkeu, Lawrence Wong sekaligus Deputi PM Singapura.

Protokol kesehatan baru, termasuk soal social distancing dalam acara bersifat massal dan keagamaan, juga kegiatan keseharian lainnya di ruang publik. "Artinya, jika ingin menghadiri acara massal atau ibadah melibatkan lebih dari 100 orang, harus sudah divaksinasi lengkap," tegas Wong.

Begitu juga, lanjut Wong, urusan makan di restoran atau berolahraga, termasuk di pusat kebugaran. "Anda harus divaksinasi lengkap," tegas dia. Namun, pemerintah memastikan paling cepat baru diterapkan pada September 2021. Asumsinya, telah 80 persen warga tervaksinasi lengkap, alias dua dosis penuh, dan tiga perempat Lansia juga sudah tervaksinasi.

Lansia, secara teori, paling berisiko terhadap pandemi. Bukan hanya penularan, tapi juga CFR. Kini, Singapura bahkan menjajaki kemungkinan membuka akses perjalanan ke negara "dinilai" berhasil mengendalikan pandemi berkat vaksinasi tuntas. Selebihnya, Singapura akan fokus melaporkan kasus COVID-19 parah saja.

Bagaimana dengan Kepri? Kendati belum terkonfirmasi, Kepri agaknya berusaha realistis, dengan mengadopsi herd immunity, mengandalkan percepatan vaksinasi massal menekan pandemi COVID-19. Pekerjaan rumah terberat menjaga BOR tak meleber lebih 100 persen, khususnya Tanjungpinang, terutama jika benar-benar menggencarkan test and tracing seperti amanat PPKM Mikro Level 4.

(*)

Bagikan