Pilwako Imajiner: Koalisi Golkar-PDIP, Bukan Weni Tapi Dewi-Reni Di Pinang 2024?
angkaberita.id – Konon, dalam politik tidak mengenal istilah kawan atau lawan abadi. Adanya kepentingan abadi. Sehingga, meskipun sekarang berseberangan, bukan mustahil di waktu lain bakal berkongsi, termasuk di Pilwako Tanjungpinang 2024.
Tak aneh, semisal Ade Angga dan Lis Darmansyah, atau Rahma dengan Ismiyati, meskipun kini berbeda kepentingan politiknya, namun di tahun politik bakal berkompromi dan berkoalisi menjadi peserta kontestasi. Kenapa? Sebab, jika berkaca dari data, Pilwako Tanjungpinang ke depan memungkinkan munculnya banyak pasangan.
Secara teori, dimungkinkan muncul empat pasangan. Nama kuat tentu saja Rahma dan Ade Angga. Nama terakhir merupakan calon Pilwawali Tanjungpinang 2021. Jika terpilih, dia bakal menjadi pendamping Rahma sekaligus, bukan mustahil, kandidat masa depan. Lalu siapa nama lain berpeluang.
Jika melihat peta kekuatan politik di DPRD Tanjungpinang, dengan tiga parpol berkursi banyak, yakni PDIP, Golkar dan Nasdem, maka kunci penentu jumlah kontestan nantinya tentu saja ketiga parpol itu. Namun, jika melihat menguatnya nama Lis bakal maju ke Pilwako lain, PDIP dipastikan tidka akan mengusung Weni, sapaan akrab Yuniarni Pustokoweni.
Weni ialah Ketua DPRD Tanjungpinang sekaligus Ketua PDIP Tanjungpinang. Sedangkan Lis, Sekretaris PDIP Kepri sekaligus Walikota Tanjungpinang 2021-2017. Secara teori, jika Lis maju kemungkinan besar PDIP akan mengusungnya, dengan koalisi parpol seperti, paling tidak, pengusungnya di Pilwako 2018 lalu. Hanura diyakini bakal kembali mendukungnya.
Benarkah? Jika rujukannya koalisi Pilwako 2018 boleh jadi. Namun bagaimana kalau skenarionya koalisi Golkar-PDIP? Jika begitu, menarik kemudian menguji nama Dewi Kumalasari dan Reni Yusneli sebagai kontestan di Pilwako Tanjungpinang 2024, setidak dalam perspektif imajiner! Meskipun, duet itu bukan mustahil di kondisi real politics tiga tahun dari sekarang.
Bagaimana dengan Lis dan Ade, keduanya bisa tetap berkongsi dengan koalisi parpol lainnya, tentu saja. Hanya, siapa walikota dan wakil, itu akan menjadi rahasia mereka berdua dan para parpol pengusungnya kelak. Pada titik ini, praktis nama Weni hilang. Begitu juga peluangnya meredup.
Duet Dewi dan Reni bakal menjadi magnet baru. Secara teori, keduanya pasangan ideal. Politisi dan mantan birokrat. Kondisi diperlukan bagi pengelolaan sebuah pemerintahan di Kepri, untuk sebagian, setidaknya berkaca pada preseden hasil Pilkada di Bumi Segantang Lada sejauh ini.
Tak hanya rekam jejak pengalaman dan kompetensi politisi dan birokrat, keduanya juga merepresentasikan kekuatan politik utama di Kepri. Yakni, Golkar dan PDIP. Lalu bagaimana dengan peta konstelasi, calon kontestan lain dan plus minusnya?
Sebelum membedahnya, harus diakui secara politik Tanjungpinang berbeda dengan kabupaten/kota lainnya di Kepri, karenanya kandidat perempuan merupakan keniscayaan dalam tiket kontestasi. Setidaknya terdapat empat alasan, yakni:
Pertama, secara demografi dengan sendirinya secara elektoral, Tanjungpinang ke depan perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan kian mengecil. Sex Ratio di Tanjungpinang 102, artinya setiap 102 penduduk laki-laki terdapat 100 perempuan.
Kedua, politisi perempuan di Tanjungpinang memiliki basis elektoral mengakar ke konstituen. Sehingga, tak aneh, jumlah legislator perempuan di DPRD di Bumi Gurindam lebih banyak dibanding kabupaten/kota lainnya di Bumi Segantang Lada. Wajar, jika sejumlah politisi menjadi ketua parpol di sini.
Ketiga, secara historis, politik Tanjungpinang tak menabukan perempuan. Hajatan Pilkada menjadi bukti sahih. Hanya di Tanjungpinang, dalam rezim Pilkada langsung, selalu ada perempuan di tiket kontestan. Walilkota Suryatati A. Manan dan Maria, merupakan, dua nama tenar di masanya, masing-masing Walikota dan Wakil Ketua DPRD Tanjungpinang.
Dalam lingkup luas, Pulau Bintan juga ramah dengan politisi perempuan. Dewi, Debby dan Euis menjadi bukti. Ketiganya merupakan trio Srikandi, setelah Suryani mundur dari DPRD mendampingi Isdianto pada Pilgub 2020 lalu, di DPRD Kepri. Ketiganya berasal dari, bukan kebetulan, Pulau Bintan, yakni Dapil Tanjungpinang dan Bintan Lingga.
Bukti lain, Weni dan Fiven, keduanya Ketua dan Wakil Ketua DPRD, di Pinang dan Bintan. Bahkan, di Pinang bukan mustahil Mimi Betty menjadi orang ketiga sekaligus pengganti Ade Angga, Wakil Ketua DPRD Pinang, setelah maju ke Pilwawali. Secara kursi, dengan 11 perempuan di DPRD Pinang, politisi perempuan Bumi Gurindam terbanyak di Kepri.
Keempat, seperti kecenderungan perpolitikan di daerah lainnya, Tanjungpinang juga mengoleksi trah politik. Ukurannya sederhana, yakni jumlah keluarga terlibat dan duduk dalam legislatif. Ada trah Ansar, trah Hood, trah Darmansyah, trah Sani, dan untuk sebagian, trah Aluan.
Jika indikatornya ditambah dengan jejaring di birokrasi, artinya ada sanak saudara menjadi birokrat di pemerintahan, dua keluarga politik terkuat saat ini, klan Ansar dan klan Sani. Di level Kepri, keduanya bersaing dengan klan Respationo.
Empat Kontestan
Berdasar empat alasan itu, duet Dewi-Reni merupakan calon terkuat dalam Pilwako Tanjunpinang imajiner, bahkan dibanding duet Lis-Ade sekalipun. Kenapa? Berbeda dengan daerah lainnya, politisi perempuan di Tanjungpinang memiliki keunikan patronase politik elektoral.
Pengecualian politisi perempuan PKS, kekuatan politisi perempuan mengakar dengan beragam faktor penopangnya, terutama kekerabatan, ikatan emosional, dan jejaring politik kekuasaan. Dewi dan Reni kuat karena memenuhi persyaratan keunikan patronase politik itu.
Begitu juga Lis-Ade, juga mengandalkan pada keunikan patronase itu. Bedanya, jika Dewi-Reni maju dari Golkar-PDIP, Lis-Ade diskenariokan maju dari Demokrat, Hanura dan PAN. Keduanya memang terlempar dari partai asal, namun secara emosional keduanya dekat dengan parpol itu.
Lis dengan Hanura dan Demokrat, jejaknya sejak Pilwako 2018. Sedangkan Angga, dengan PAN dan Demokrat lantaran ceruk pemilih elektoralnya senafas. Calon ketiga, ini paling mengejutkan, Rahma dan Ismiyati, Nasdem dan PKS. Lagi-lagi, ini adalah skenario Pilwako Imajiner.
Nah, kursi tersisa bakal menjadi poros keempat dengan kuota persyaratan 20 persen DPRD Tanjungpinang. Siapa calonnya? Sudah beredar sejumlah nama digadang-gadang, seperti Raja Ariza, Rudy Chua, Bobby Djayanto, Husnizar Hood, Ing Iskandarsyah, dan nama baru kejutan.
(*)