Kongsi Retak Ansar-Marlin Merembet Ke Pilwawali Tanjungpinang, Siapa Di Atas Angin?
angkaberita.id – Seperti sudah diprediksi, berbekal putusan Kemendagri, Walikota Rahma akhirnya meneruskan usulan dua nama calon wakil walikota ke DPRD Tanjungpinang, pada 31 Maret lalu. Namun, rumor hubungan retak Ansar-Marlin diyakini bakal berimbas ke duel Ade Angga versus Endang Abdullah. Siapa di atas angin?
Secara teori, dengan skenario itu, merujuk koalisi Pilgub Kepri, Nasdem bisa jadi beralih ke kubu seberang calon usungan Golkar. Apalagi, jika Nasdem Tanjungpinang berdalih mengamankan peluang kader mereka, Rahma ke Pilwako 2024. Belum lagi, sudah menjadi rahasia umum, Rahma juga berkepentingan meminimalkan calon pesaing dalam kontestasi itu.
Selain Golkar dan Nasdem, PDIP merupakan parpol krusial sekaligus kunci dalam pemilihan wakil walikota di Bumi Gurindam beberapa pekan ke depan. Kombinasi ketiganya setara 14 kursi, atau hampir separo kursi DPRD Tanjungpinang sebanyak 30 legislator. Arah dukungan PDIP menjadi sepertiga bekal dukungan diperlukan setiap kontestan memenangi kontestasi, yakni 16 suara.
Dengan mempertimbangkan kedekatan personal dan kecenderungan afiliasi parpol Tanjungpinang ke kontestan, koalisi Ade Angga besar kemungkinan terdiri Golkar, PKS, Demokrat, PAN dan PPP. Jika dengan skenario Pilgub menjadi koalisi “tenda besar” bertambah Nasdem.
Kubu Endang bermodalkan PDIP, Gerindra dan PKB. Hanura menjadi penambahan dalam koalisi “tenda besar” calon wawali usungan Gerindra itu. Hanura, PKS dan Demokrat mengusung Isdianto saat Pilgub Kepri. Namun dengan rumor kongsi retak Ansar-Marlin gegara jatah jabatan di Pemprov Kepri, bisa jadi petanya bakal berubah drastis. Bukan mustahil, parpol itu berpotensi menjadi swing vote, termasuk PDIP!
Kendati belum terbukti, disinyalir, pengisian pejabat teras di Pemprov Kepri kental dengan tarik ulur politik. Siapa didukung siapa tak terhindarkan, meskipun sebatas rumor internal Pemprov dan kalangan terbatas di DPRD Kepri. Nah, tarik ulur jabatan kubu Ansar dan kubu Marlin diyakini juga bakal merembet ke mana-mana, termasuk ke Pilwawali Tanjungpinang.
Peta Dukungan
Namun perhatian pertama tertuju ke Nasdem. Robby Patria, Analis Politik Kepri di Tanjungpinang mengamini sinyalemen itu. “Bisa saja PDIP dan Nasdem satu kubu mendukung Endang Abdullah,” kata Patria, Selasa (13/4/2021) menanggapi dinamika relasi Ansar-Marlin. Jika benar bergabung, Patria menyebut bakal menjadi kekuatan besar.
Karena di Pilgub kemarin, PDIP dan Gerindra berkoalisi. Sedangkan Nasdem segerbong dengan Golkar. “Namun karena ada isu retak, itu membuat Nasdem bisa saja lari dari koalisi Pilgub,” Patria menganalisis. Berbeda dengan Patria, dalam analisis Saur Sirait, kondisi sebaliknya justru bukan mustahil terjadi. Meski demikian, dia sepakat besar kemungkinan Nasdem ke Endang.
“(Kongsi retak Ansar-Marlin) paling Nasdem ke Endang,” beber Analis Politik Kepri Di Karimun, terpisah. Menurutnya, parpol lainnya terbilang cair tergantung lobi-lobi masing-masing kontestan berupa barter kepentingan. “(Lobi) tapi ke DPD Provinsi, bukan ke DPC Kota,” saran Sirait.
Karena, diyakini, nantinya pemilihan keduanya di DPRD Tanjungpinang berlangsung secara tertutup kekuatan lobi, terutama ke pengurus parpol provinsi, bakal menjadi penentu.
“Karena sistem pemilihan tertutup, sulit juga memprediksi arah kekuatan suara partai,” Patria mengamini munculnya swing vote saat pemilihan. Kader PDIP di Bintan, Djoko Zakaria pernah merasakan kondisi itu. Dia kalah dari Dalmasrim kader Golkar saat pemilihan Ketua DPRD Bintan tahun 2004.
“Suara ke Dalmasri waktu itu, sampai sekarang tidak tahu siapa membelot dari partai (PDIP) sehingga Dalmasri menang,” sebut Patria menyodorkan risiko pemilihan secara tertutup. Meski ada ancaman PAW, tak mudah membendung kemungkinan beralihhnya dukungan sura. Selain Dalmasri, naiknya Bobby Djajanto menjadi Ketua DPRD Tanjungpinang, juga menjadi bukti sahih krusialnya kekuatan lobi internal DPRD. Siapa berubah dukungan?
(*)