Vaksin COVID-19 Sudah Di Tangan, Kenapa Dunia Justru Berharap Ke ‘Tangan Kanan’ Presiden Barack Obama?

presiden amerika serikat, barack obama (kiri) dan ‘tangan kanan’ nya semasa berkuasa di gedung putih, wapres joe biden. kini joe biden bakal menjabat presiden hasil pilpres November 2020/foto patrick smitih/getty images vis people.com

Vaksin COVID-19 Sudah Di Tangan, Kenapa Dunia Justru Berharap Ke ‘Tangan Kanan’ Presiden Barack Obama?

angkaberita.id – Presiden Barack Obama, lazimnya Presiden Amerika Serikat legendaris lainnya, bertangan kidal. Namun, di masa pandemi, dunia justru berharap dengan ‘tangan kanan’ Sang Presiden. Kenapa?

Selain hadirnya vaksin COVID-19, optimisme terhadap perekonomian tahun 2021 juga dipicu beralihnya jantung kekuasaan di Amerika Serikat. Joe Biden, Wapres delapan tahun pemerintahan Presiden Barack Obama, pada 21 Januari mendatang resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat.

Kendati Donald Trump, Presiden Amerika Serikat periode sebelumnya, terus melawan kemenangan Biden, termasuk memprovokasi konggres agar menolak penetapan hasil electoral college Pilpres pada November 2020 silam. Namun, ibarat anjing menggonggong kafilah berlalu, penolakan Trump bakal menjadi angin lalu.

Bahkan, sebagian pengamat meyakini, sepak terjang Trump selama empat tahun berkuasa bakal berujung ke jeruji besi dirinya sendiri. Apalagi Biden, meskipun belum sempurna, telah berusaha memenuhi janjinya dengan menyusun kabinet yang menggambarkan wajah (demografi) Negeri Paman Sam.

Dicalonkannya Janet Yellen dan Jenderal (Purn) Lloyd Austin, masing-masing menjadi Menkeu perempuan pertama dan Menhan berkulit hitam pertama di Amerika Serikat, mengirimkan pesan pembaruan, terutama kebijakan Amerika Serikat selama empat tahun ke depan.

Kenapa? Dengan hadirnya vaksin, diharapkan pandemi berangsur reda sehingga akses kekayaan terdistribusi merata, tidak terkonsentrasi pada konglomerat tertentu. Apalagi kubu Republik dikenal, secara politis, pro pengusaha dan kelas atas.

Sedangkan kubu Demokrat, diyakini, bakal meluaskan jangkauan Obamacare, sistem jaminan kesehatan paling dibenci pendukung Donald Trump. Tak heran, kekuasaan Republik identik dengan pemangkasan pajak. Sebaliknya, Demokrat diyakini lebih jor-joran, terutama dalam urusan subsidi belanja kebutuhan warganya.

Untuk sebagian, premis itu terkonfirmasi dengan riset Bank Rakyat Indonesia (BRI). Seperti dirilis Katadata, kinerja ekonomi presiden di Negeri Paman Sam berbeda-beda dan tergantung latar belakang kubu pemenangnya.

Namun, menurut laporan BRI, resesi cenderung terjadi saat kepresiden berlatar belakang Partai Republik. Sebaliknya, presiden dari Partai Demokrat mampu terhindar dari resesi ekonomi. Benarkah?

Laporan BRI menyodorkan angka-angkanya. Tulisnya, rerata pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di bawah kendali presiden Republiken sebesar 2,4 persen. Kondisi itu, lanjut laporan itu, terjadi dalam lima periode kepemimpinan kubu Republik di Gedung Putih. Dari 1970 hingga sekarang.

Sedangkan presiden dari Demokrat mampu mendongkrak rerat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,3 persen. Laporan itu menyodorkan periode kepemimpinan Demokrat periode 1962-2016. Dalam laporannya, tim ekonomi BRI mengemukakan presiden dari Demokrat lebih baik dalam mengelola perekonomian negara dengan PDB terbesar di dunia itu.

Selain itu, kepemimpinan kubu Demokrat di jantung kekuasaan Negeri Paman Sam, juga dinilai mampu menciptakan kondisi lebih kondusif di pasar keuangan. Sekadar infromasi, di masa kekuasaan Demokrat, cikal bakal Obamacare mengawali debutnya dengan Medicare dan Medicaid di masa Presiden JF Kennedy dan Presiden LB Johnson.

Presiden Bill Clinton selama 8 tahun kekuasannya sejak 1992 menyempurnakannya, termasuk memberikan surplus ekonomi pertama sejak perang dunia. Presiden Barack Obama meluaskan jangkauan rintisan Medicare dan Medicaid dengan Obamacare, setelah surplus ekonomi warisan Clinton dihabiskan membiayai perang selama delapan tahun kekuasaan Presiden George Bush Jr. (*)

Bagikan