COVID-19: Jualan Mobil Kacau Balau, Kini Diler Berharap Perusahaan Leasing. Kenapa?

ajang bergengsi pameran otomotif di tanah air giias 2019 bakal menggebrak pada 18 juli mendatang. pabrikan mobil dan merek terkenal siapkan kejutan selama pameran/foto via oto.detik.com

COVID-19: Jualan Mobil Kacau Balau, Kini Diler Berharap Perusahaan Leasing. Kenapa?

angkaberita.id– Pemain usaha otomotif di tanah air agaknya tengah pusing tujuh keliling menyusul anjloknya penjualan mobil domestik selama dua bulan terakhir di tanah air. Bahkan, khusus penjualan bulan Mei kemarin, anjlok hingga 95 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Selain bersurat ke sejumlah Pemda meminta pengurangan pajak kendaraan, khususnya BBNKB, kalangan penguasaha tergabung dalam Gaikindo juga meminta insentif kepada pemerintah. Mereka meminta insentif yang langsung berdampak terhadap harga mobil.

“Kita mencoba melihat bagaimana harga mobil bisa turun, kita perlu stimulus yang langsung mengena pada harga mobil,” kata Ketua I Gaikindo, Jongkie D. Sugiarto, seperti dilansir CNBC Indonesia, Selasa (16/6/2020).

Dia mengatakan, sejumlah diler maupun agen pemegang merek (APB) saat ini sudah mencoba diskon khusus kepada calon konsumen selama pandemi. Namun menurutnya, dukungan pemerintah perlu sehingga harga mobil bisa lebih “dibanting” alias diturunkan demi memikat pembeli.

“PPnBM (pajak barang mewah) bisa dikurangi, agar harga terjangkau. Ini contoh stimulus yang kita mintakan, khususnya produk yang diproduksi di dalam negeri,” kata Jongkie. Jika itu terpenuhi, menurutnya APB siap banting harga dibanding stok mobil menumpuk. Selain berpotensi rusak, jika stok hongga ratusan ribu, kewajiban pajaknya juga terus berjalan.

“Kami APM siap banting harga turunkan harga kerjasama pemerintah, harus kerja sama,” kata Jongkie. Data Gaikindo, penjualan mobil di tanah air pada bulan Mei turun hingga 95 persen, hanya sebanyak 3.551 unit dari sebelumnya 84.109 unit, pada Mei 2019.

Sejak Maret 2020, tren penjualan mobil cenderung melemah seiring keputusan WHO menjadikan wabah COVID-10 pandemi di dunia. Konsekuensinya, pemerintah juga menerapkan sejumlah aturan khusus seperti PSBB. Imbasnya, sektor otomotif sebagai kebutuhan tersier kalah bersaing dengan penjualan sembako dan kebutuhan primer lainnya.

Bulan Maret, penjualan turun 15 persen. Hanya membukukan 76.800 unit dibandingkan Maret 2019 sebanyak 90.368 unit. April turun hampir 90 persen, dari 84.056 unit menjadi hanya 7.871 unit. Puncaknya, bulan Mei penjualan hanya 3.551 unit dari sebelumnya 84.109 periode sama tahun lalu.

Kondisi kian tak bersahabat sejak Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyatakan, mengantisipasi gagal bayar kredit pemilikan mobil, menaikkan kebijakan uang muka kredit sebesar 40 persen, naik 20 persen dari sebelumnya meskipun belakangan mereka hendak meninjau ulang kebijakan itu.

Ketua APPI Suwandi Wiratno mengatakan, sebelumnya kebijakan itu terpaksa ditempuh lantaran perusahaan pembiayaan tak ingin terjadi risiko gagal bayar akibat pandemi COVID-19. Pun, perusahaan pembiayaan belakangan memang cenderung lebih selektif mencari nasabah baru.

Gaikindo merespon positif rencana APPI meninjau ulang kebijakan uang muka 40 persen. Selain memberatkan konsumen, kondisi di lapangan saat ini hampir 70 persen penjualan mobil didanai perusahaan pembiayaan.

(*)

Bagikan