COVID-19 Di Sumatera, Mengintip Indeks Ketahanan Pangan Di Kepri

plh gubernur kepri isdianto saat meninjau gudang beras di bulog. dia mendaku stok beras di kepri aman hingga enam bulan ke depan/foto via batamtoday.com

COVID-19 Di Sumatera, Mengintip Indeks Ketahanan Pangan Di Kepri

angkaberita.id– Tak hanya menghajar perekonomian, pandemi COVID-19 juga memantik munculnya krisis ketahanan pangan di sekujur dunia akibat tersendatnya rantai pasokan pangan.

Sebagian akibat rendahnya produksi komoditas pangan, sebagian lainnya akibat kebijakan lockdown di sejumlah negara. Ancaman serupa juga terjadi di tanah air, apalagi kebutuhan pangan di dalam negeri sebagian masih bergantung impor.

Sejumlah provinsi di tanah air, termasuk Kepri terancam ketahanan pangannya. Bersama dengan Papua, Papua Barat, Maluku dan Bangka Belitung, Provinsi Kepri termasuk rentan pangan. Bahkan, seperti dilansir Lokadata, hampir dua pertiga provinsi di Sumatera termasuk rentan ketahanan pangannya.

Indeks kerentanan pangan di Kepri tertinggi di antara empat provinsi di Sumatera itu. Mengacu indikator stok pangan dan kondisi wilayah, Kementerian Pertanian menyusun peta kerawanan pangan. Berdasar Peta Ketahanan Dan Kerentanan Pangan 2018, terdapat 12 provinsi skor indeksnya di bawah rata-rata nasional, yakni 5,0.

Penyusunan peta berdasarkan tiga indikator utama, yakni ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan. Selain indeks, peta itu juga memuat wilayah rawan pangan dalam tiga kelompok prioritas, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

situasi covid-19 di kepri hingga 23 april 2020 berdasarkan laporan gugus tugas covid-19 kepri

Sedangkan 12 provinsi dengan indeks ketentanan pangan di bawah rata-rata nasional, yakni (1) Provinsi Papua, (2) Papua Barat, (3) Kepri, (4) Maluku, (5) Bangka Belitung, (6) Riau, (7) Nusa Tenggara Timur, (8) Kalimantan Barat, (9) Maluku Utara, (10) Sumatera utara, (11) Bengkulu, dan (12) Sumatera Selatan.

Selanjutnya 22 dari 34 provinsi lainnya terbilang aman lantaran indeksnya berada di atas rata-rata nasional, sebagian besar di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan Provinsi Yogyakarta tertinggi skor indeksnya (6,0), Gorontalo dan Kalimantan Selatan menyusul di urutan selanjutnya.

Kondisi itu sejatinya tak berlebihan, karena sebagain besar provinsi di Jawa dikenal daerah penghasil pangan, begitu pula dengan Gorontalo juga dikenal sebagai lumbung pangan di Sulawesi. Sedangkan Sumatera, sektor pertanian belum sebesar sektor perkebunan. Di Sumatera, sawit, karet dan tanaman monokultur lainnya mendominasi usaha hulunya.

infografis via lokadata.id

Berdasar warna peta ketahanan pangan, hanya Sumatera Barat dan Lampung terbilang rendah ancaman ketahanan pangannya. Kepri, Riau dan Bangka Belitung berada di urutan buncit. Nah, pandemi COVID-19 diyakini menambah tekanan kondisi ketahanan pangan itu.

Karenanya, jika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diyakini sebagai cara mujarab menekan laju serangan COVID-19, termasuk di Kepri, Pemda perlu mempertimbangkan keseluruhan aspek ketahanan pangan di dalamnya.

Berkaca dari PSBB di DKI Jakarta, menurut Dr. Kuncoro Harto Widodo, Dosen Logistik dan Supply Chain, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, aturan di dalamnya tak hanya terkait ketersedian dan sistem ketahanan pangan saat kebijakan berlangsung.

Namun juga terkait jumlah pasokan, mutu, dan distribusinya. “Saat PSBB berlangsung, Pemda DKI Jakarta harus menjamin pangan yang bisa diakses oleh seluruh individu di dalamnya,” katanya. (*)

Bagikan