Tenaga Medis Teriak-teriak APD, Pasien Berharap Ventilator. Kenapa?

sejumlah tenaga medis berguguran saat menangani pasien covid-19 di tanah air. foto ilustrasi perawat/foto via medan.tribunnews.com

Tenaga Medis Teriak-teriak APD, Pasien Berharap Ventilator. Kenapa?

angkaberita.id – Seiring melejitnya kasus COVID-19 di tanah air, teriakan tenaga medis soal kelangkaan alat pelindung diri (APD) langsung terdengar nyaring. Begitu juga dengan keterbatasan ventilator perawatan pasien.

APD merupakan bekal tenaga medis agar tak terinfeksi COVID-19 selama bertugas, ventilator menjadi harapan pasien kritis akibat kesulitan bernafas agar dapat bertahan. Karena, COVID-19 mengakibatkan pasien kritis gagal bernafas akibat peradangan parah di paru-parunya.

Jika diringkaskan, APD membantu menekan angka infeksi karena banyak tenaga medis akhirnya menjadi pasien COVID-19 akibat tertular, dan dengan sendirinya rentan menularkan ke orang lain lagi. Sedangkan ventilator membantu menekan bertambahnya statistik kematian akibat COVID-19.

Namun pemasangan ventilator tak bisa sembarangan, ada kondisi-kondisi tertentu dan tenaga medis paling paham soal itu. Dibanding masker dan peranti medis lainnya, dua barang inilah paling banyak diteriakkan tenaga medis saat ini.

Dan, kondisinya di berbagai belahan dunia terbatas seiring melejitnya kasus COVID-19. Data terakhir hampir seluruh negara di kolong bumi terinfeksi virus corona. Amerika Serikat, kini menjadi negara dengan kasus infeksi tertinggi di dunia, akhirnya mengaktifkan perundangan produksi pertahanan.

Dengan perundangan ini, negara dapat memaksa perusahaan memproduksi barang di luar bisnis utamanya. Pabrikan mobil seperti Ford dan General Motors di sana, bahkan telah diperintahkan memproduksi ventilator. Lalu bagaimana dengan tanah air?

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang juga menyerukan soal itu. Dia mengusulkan pabrikan otomotif di tanah air memproduksi ventilator. Namun usulan itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Lantaran banyak industri otomotif di tanah air sebatas pabrikan perakitan, sehingga tidak memiliki blue print produksi di luar bisnis intinya.

Provinsi Episentrum

Di tanah air, kebutuhan APD dan ventilator paling banyak di Jakarta, Jawa Barat dan Banten lantaran ketiganya terbanyak jumlah kasus COVID-19, provinsi di Pulau Jawa sendiri paling besar jumlah kasus COVID-19 dibanding provinsi luar Jawa.

Sebagai gambaran, berdasarkan data Gugus Tugas COVID-19, hingga Sabtu (28/3/2020) tercatat sebanyak 1.155 kasus tersebar di 29 dari 34 provinsi di tanah air, dan 73,5 persen di antaranya terkonsentrasi di tiga provinsi itu.

Dari jumlah itu, 102 meninggal, sehingga secara nasional tingkat kematian (CFR) sebesar 8,83 persen. Tiga daerah itu juga tertinggi CFR, 81,37 persen dari kasus kematian COVID-19 di tanah air.

CNBC Indonesia menulis, selain padat penduduk, tiga provinsi itu terinteraksi erat dengan banyaknya pekerja pengelaju (commuter), terutama Tangerang (Banten), Depok Bogor Bekasis (Jawa Barat) menujuk Jakarta. (*)

Bagikan