Kasus DBD: Tahun 2017 Sempat Turun, Selebihnya Bikin Khawatir Dinkes Kepri

kasus dbd di kepri memperlihatkan tren meningkat setiap tahunnya. virus ddb menginfeksi orang melalui gigitan nyamuk aedes aegypti/foto via liputan6.com

Kasus DBD: Tahun 2017 Sempat Turun, Selebihnya Bikin Khawatir Dinkes Kepri

angkaberita.id-Kasus serangan demam berdarah dengue (DBD) agaknya masih menjadi pekerjaan rumah tahunan Pemprov Kepri, khususnya Dinas Kesehatan. Apalagi sejak tahun 2015, tren serangan DBD terus meningkat, dengan pengecualian tahun 2017.

Terbaru, sepanjang bulan Januari 2020 terjadi 70 kasus DBD di Kepri, tersebar di 7 kabupaten dan kota. Kendati belum jatuh korban, namun Dinkes Kepri menilai jumlah kasus itu terbilang cukup tinggi. Dinkes Kepri mulai khawatir. “Karena DBD ada di depan kita,” ungkap Tjetjep Yudiana, Kepala Dinkes Kepri seperti dikutip kantor berita Antara.

Merujuk data, kekhawatiran itu bukan isapan jempol. Tahun 2019, menurutnya tercatat sebanyak 800 kasus, dengan 10 persen di antara penderitanya meninggal dunia. Katanya, jumlah itu naik signifikan dibanding kasus DBD di tahun 2018 sebanyak 500 kasus.

Kalau merujuk data BPS Kepri, kasus DBD di Kepri tahun 2018 jauh lebih tinggi dibanding catatan Tjetjep. Berdasarkan laporan Kepri Dalam Angka 2019, jumlah kasus DBD di Kepri sebanyak 1.352, tersebar di 7 kabupaten dan kota, dengan sebaran terbanyak di Kota Batam sebanyak 647 kasus.

Masih merujuk data BPS Kepri, jumlah kasus itu meningkat dibanding tahun 2017 sebanyak 157 kasus, dengan kasus terbanyak di Kota Batam. Namun demikian, dibanding periode sebelumnya, kasus DBD di tahun 2017 seperti tertuang dalam laporan bertajuk Kepri Dalam Angka 2018, terbilang turun.

Tahun 2015 dan 2016, kasus DBD di Kepri, masing-masing, sebanyak 1.933 dan 2.118. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya ditemukan 50 juta-100 juta kasus DBD setiap tahunnya, dan 3 miliar orang berdiam di negara endemik DBD.

Tahun 2016, seperti ditulis CNN Indonesia, mengacu data WHO disebut kasus DBD di tanah air terbesar ke-2 di antara 30 negara endemis DBD di Asia Pasifik. Kesehatan pribadi dan kesehatan lingkungan menjadi kunci menekan penyebaran, terutama dengan gerakan 3 M. (*)

Bagikan