Dunia Kerja: Orang Italia Paling Betah, Orang Korsel Suka Gonta-ganti Pekerjaan
angkaberita.id – Mengutip laporan Statista, disebut berhenti bekerja pada tahun 2020 merupakan satu dari 10 resolusi terbanyak di tahun baru ini. Kini mulai berjangkit kecenderungan bergonta-ganti pekerjaan dalam hitungan tahun.
Orang Korea Selatan termasuk paling sering gonta-ganti pekerjaan. Nah, tahukah Anda orang manakah paling setia dengan pekerjaannya alias betah bertahan hingga belasan tahun di perusahaan atau pekerjaan itu?
Mengutip laporan Statista, berbeda dengan generasi sebelumnya, kini kecenderungan bekerja di satu pekerjaan, alias bekerja di satu juragan terus menerus, mulai berkurang. Terutama di kalangan muda di negara-negara maju yang tergabung di OECD.
Berdasarkan data, orang Italia paling betah bekerja dengan satu pekerjaan, atau satu majikan, dibandingkan negara OECD lainnya. Mereka sanggup bertahan, rerata selama 12,2 tahun dalam satu pekerjaan.
Warga Eropa Selatan dan Prancis, termasuk Italia di dalamnya, memang dikenal lebih setia dalam bekerja di satu pekerjaan dibanding tetangganya di utara, seperti Inggris atau Irlandia. Di sini, warganya cenderung tidak betah dan suka bergonta-ganti pekerjaan. Paling lama mereka bertahan kerja hanya selama, masing-masing, 8 tahun dan 7,8 tahun sepanjang hidupnya.
Di luar Eropa, kondisinya lebih mengejutkan. Brazil semisal, lebih sering bergonta-ganti pekerjaan. Mereka rata-rata hanya betah bekerja di satu perusahaan selama 7,2 tahun, setelah mendapatkan pekerjaan di tempat baru.
Sedangkan Korea Selatan malah lebih ekstrem. Mereka rerata hanya bertahan bekerja di satu perusahaan, rata-rata selama 6 tahun sekaligus menjadikannya terendah di antara negara OECD lainnya. Di kalangan muda, bahkan kecenderungan bertahan dengan satu majikan lebih rendah lagi.
Menurut laporan Reuters, budaya korporasi yang disebut “mencekik leher” dan lamanya jam kerja mengakibatkan sejumlah pekerja baru akhirnya menyerah, dan memilih mengundurkan diri, termasuk di pekerjaan kerah putih seperti kantoran. Laporan terbaru itu, tak memasukkan kondisi di Jepang dan Amerika Serikat. (*)