Kami Bukan Burung Unta, Parpol Dukungan Adik Lee Tantang Penguasa Singapura
angkaberita.id – Pemilu di Singapura kemungkinan dipercepat dari jadwal semula tahun 2021, partai pemerintah, Partai Aksi Rakyat (PAP) bakal bertambah penantangnya saat pemilu nanti menyusul berdirinya Partai Singapura Maju (PSP), Sabtu (3/8/2019) kemarin.
PSP bukan parpol sembarangan, selain dipimpin politikus gaek Tan Cheng Bock (79), juga adik PM Singapura Lee Hsien Loong dikabarkan berada di balik pendirian parpol terbaru ini.
PSP bertekad membawa tata pemerintahan baru bersandarkan transparansi, independensi dan akuntabilitas. “Gaya pemerintahan telah berubah, proses pemerintahan berjalan kacau akibat erosi tiga pilar kepemerintahan yang baik, yakni transparansi, independensi dan akuntabilitas,” sindir Tan di depan pendukungnya.
Dia menambahkan, tiadanya keterbukaan politik juga mengakibatkan rakyat tak berani secara terbuka mengkritisi pemerintahan. Ketakutan itu, menurutnya, lantaran setiap kritik dibungkam dengan gugatan hukum. “Orang takut kehilangan pekerjaan, tunjangan, tempat tinggal, dan takut kena gugatan,” ungkap mantan pentolan PAP itu.
Alhasil, orang Singapura hanya mengeluh dalam batin. Tak bebas bicara, takut ada orang lan mendengarkan. “Tapi, kita tidak seharusnya seperti burung unta, memendam kepala dalam pasir, pura-pura tak ada sesuatu yang salah,” sebutnya memberikan perumpamaan.
Sejumlah pendukung PSP mengaku mereka kehilangan kepercayaan kepada partai pemerintah. Pemilih perlu visi kepemerintahanan baru, pemerintahan yang mengerti tanda-tanda perubahan zaman.
“Kepemimpinan yang didukung pemerintahan sekarang nampaknya hanya mengulang visi dan pernyataan pemimpin sebelumnya,” kata Wendy Low, pengacara.
Namun berdirinya PSP diyakini imbas perselisihan di keluarga mantan PM Singapura, Lee Kwan Yew, persisnya antara Lee Hsien Loong PM Singapura sekarang dengan sang adik, Lee Hsien Yang (62).
Keduanya dikabarkan sudah tak akur, dan terlibat perselisihan publik pada tahun 2017, terutama bagaimana menerjemahkan visi kepemimimpinan sang ayah. Lee Hsien Yang menuding pemerintahan PAP sekarang tak seperti pemerintahan PAP bentukan sang ayah.
“Dengan sepenuh hati, saya mendukung prinsip dan nilai Partai Singapura Maju. (Karena) PAP sekarang bukanlah PAP ayah saya. Partai ini telah kehilangan jalannya,” kata Lee Hsien Yang dalam unggahan Facebook pada 28 Juli.
Sejak memerdekan diri dari Malaysia 54 tahun lalu, Singapura sejatinya diperintah keluarga Lee Kwan Yew sekaligus pendiri PAP pada tahun 1950-an. Dengan PAP, Lee Kwan Yew selalu memenangi pemilu dengan perolehan suara rerata 60 persen.
Namun setelah 31 tahun perjalanan Singapura, pemerintahan Lee Kwan Yew mulai ditandai dengan berkurangnya kebebasan sipil dan kebebasan bersuara.
Puncaknya, Lee Kwan Yew menyerahkan tongkat kepemimpinan ke putra tertuanya Lee Hsien Loong (67), tahun 2004. Lee Hsien Loong pada akhirnya ingin menyerahkan tongkat kepemimpinannya sekarang ke sosok pilihannya sendiri.
Jejak politik Tan bukannya pendek. Dirinya pernah mencalonkan diri pada pemilihan presiden tahun 2011, bahkan nyaris menumbangkan calon PAP. Kali ini, Tan ingin menyatukan koalisi yang selama ini selalu terbelah di Singapura.
Dia menawarkan oposisi alternatif bersama, termasuk menggandeng Partai Buruh Singapura, partai oposisi di parlemen Singapura saat ini. Sejak keluar dari PAP tahun 2006, Tan menjadi pengkritik paling vokal pemerintahan, termasuk mengkritisi penunjukan istri perdana menteri menjadi CEO Temasek Holding, induk BUMN Singapura.
Kalangan pengamat menilai, tampilnya sejumlah elite dalam barisan pengkritik menjadi pertanda buruk bagi parpol pemerintah. “Ada ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan sekarang,” kata Steven Oliver, Asisten Profesor Ilmu Politik Yale-NUS College di Singapura. Apalagi, elite pengkritik itu pernah berkuasa di pemerintahan saat ini. (*)
Baca Selengkapnya di aljazeera.com Dengan Judul New Singapore opposition party backed by PM’s brother launched