angkaberita.id – Kesenjangan pendapatan antara perempuan dan laki-laki masih banyak terjadi, termasuk di negara maju seperti Singapura.
Pendapatan perempuan di Negeri Singa tercatat hanya 87,5% dari pendapatan yang diterima laki-laki. Laporan ValueChampion yang dilansir dari Business Insider, Sabtu (2/3/2019), menyebutkan angka tersebut lebih rendah dari 2017 yang sempat menyentuh 90,8%.
Seperti dilansir laman situs bisnis.com, Sabtu (2/3/2019) tiga industri teratas dengan kesenjangan upah terluas adalah layanan kesehatan dan sosial dengan perbedaan 2.340 dolar Singapura,
jasa keuangan dan asuransi dengan perbedaan 1.490 dolar Singapura, serta informasi dan komunikasi dengan perbedaan 1.365 dolar Singapura
Kesenjangan upah menunjukkan bahwa perempuan lebih kecil kemungkinannya memiliki beberapa peran dengan bayaran tertinggi di negara tersebut.
Padahal, perempuan membentuk 77% dari tenaga kesehatan dan layanan sosial serta mewakili 51% karyawan yang berpenghasilan minimal 7.000 dolar Singapura per bulan.
Perempuan juga mewakili 85% karyawan yang berpenghasilan kurang dari 2.000 dolar Singapura per bulan. Adapun industri dengan kesenjangan upah terkecil adalah seni, hiburan, dan rekreasi.
Di industri ini, upah rata-rata wanita hanya 126 dolar Singapura lebih rendah dari rekan-rekan prianya. Bahkan, ada beberapa industri di mana perempuan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari laki-laki,
yaitu transportasi dan penyimpanan, serta layanan administrasi dan dukungan. Transportasi dan penyimpanan memiliki perbedaan terbesar dengan upah rata-rata untuk perempuan 803 dolar Singapura lebih tinggi daripada pria.
“Namun, perlu dicatat bahwa porsi karyawan perempuan hanya 24% di bidang transportasi dan penyimpanan serta 26% dari tenaga kerja konstruksi.
Ini menunjukkan bahwa dampak keuntungan upah ini di industri-industri ini mungkin agak terbatas bagi perempuan di Singapura,” demikian disampaikan laporan tersebut.
Laporan itu juga menjelaskan bahwa kesenjangan disebabkan oleh perbedaan di mana perempuan lebih mungkin bekerja dalam layanan, pendidikan, dan peran terkait perawatan.
Sebanyak 91% pekerja perawatan pribadi di Singapura adalah perempuan. Sementara itu, laki-laki lebih cenderung dipekerjakan dalam peran teknik dan teknis, yang biasanya membayar upah tinggi.
Selain itu, perempuan di Singapura bekerja 5% lebih sedikit dalam hal jam kerja. Menurut laporan tersebut, bekerja dengan jam kerja lebih lama dapat membantu dalam peningkatan karier, yang pada akhirnya mengarah ke upah yang lebih tinggi.
Meski demikian, adanya perbedaan jam kerja tidak berarti perempuan tidak bekerja sekeras laki-laki. “Perempuan cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah dibandingkan dengan pria.
Pada gilirannya, ini bisa berarti bahwa perempuan akhirnya bekerja lebih sedikit di pekerjaan mereka karena mengurus pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak, beban yang biasanya tidak ditanggung oleh laki-laki,” papar laporan tersebut. (*)