Korsel Tertarik Biayai Jembatan Batam-Bintan, Terpicu Sukses Hang Nadim?
angkaberita - Pemerintah Korsel dikabarkan tertarik membiayai proyek Jembatan Batam-Bintan. Kabar itu terungkap setelah kunjungan Menteri Infrastruktur Korsel ke Kementerian PUPR, Senin (21/3/2022), membahas peningkatan kerjasama infrastruktur. Terpicu kesuksesan proyek Bandara Hang Nadim?
“Kami memiliki pengalaman membangun jembatan di atas laut. Kami berharap bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan Jembatan Batam-Bintan ini," ungkap Yun Seong-won, Wakil Menteri Infrastruktur Korsel sehabis bertemua John Wempi Wetipo, Wakil Menteri PUPR di Jakarta, seperti dilansir Kompas.com, Selasa (22/3/2022).
Namun belum terungkap, jika terealisasi nantinya, skenario pembiayaan Korsel dalam proyek jembatan terpanjang di Tanah Air berskema KPBU. Sebab, selain ditargetkan rampung tahun 2024, pembangunan jembatan juga terdiri dua fase. Dengan pemerintah, kemungkinan besar lewat skema utang, membangun fase Batam-Tanjung Sauh.
Sedangkan Tanjung Sauh-Bintan menjadi kewajiban calon investor. Khusus pembiayaan itu, pemerintah dikabarkan telah memasukkan Jembatan Batam-Bintan ke greenbook RAPBN 2023, artinya diprioritaskan pembiayaan melalui utang atau hibah luar negeri. Sedangkan Tanjung Sauh-Bintan kewajiban calon investor, kemungkinan konsorsium.
Belum diketahui ketertarikan Korsel ke Jembatan Batam-Bintan kemarin, terlibat sebagai konsorsium atau sebagai negara pendonor alias pemberi utang ke pemerintah. Sebab, berdasarkan penjelasan Kementerian PUPR, sekurangnya tercatat 10 calon kuat investor telah menyerahkan LoI, termasuk perusahaan dari Korsel.
Tiru Hang Nadim
Kuat diduga, Korsel tertarik terlibat ke Jembatan Batam-Bintan menyusul sukses Bandara Hang Nadim. Seperti diketahui, BP Batam telah meneken kerjasama revitalisasi Bandara Hang Nadim ke konsorsium, istilah di Tanah Air, BUP Angkasa Pura, Waskita Karya dan Incheon International Airport Corporation (IIAC). Nama terakhir merupakan pengelola Bandara Incheon, semacam Angkasa Pura di Korsel.
Mereka memenangi tender proyek Bandara Hang Nadim senilai Rp 6,7 triliun, rampung tahun 2024 dengan pengerjaan mulai Juni 2022, dengan skema KPBU dan konsorsium berhak konsesi selama 25 tahun begitu proyek rampung. Skenario Bandara Hang Nadim, untuk sebagian, diyakini melandasi ketertarikan Korsel.
Apalagi, seperti juga proyek Bandara Hang Nadim, pihak Korsel juga telah turun studi kelayakan proyek Jembatan Batam-Bintan di tahun 2012, menggandeng ITB. Di Batam, perusahaan Korsel juga telah bekerjasama dengan BP Batam proyek sistem pengolahan limbah.
Nah, khusus proyek Jembatan Batam-Bintan, seperti juga Bandara Hang Nadim, bisa terbentuk konsorsium di antara calon investor. Bedanya Hang Nadim dengan BP Batam, Jembatan Batam-Bintan dengan Kementerian PUPR.
Pihak pemerintah diwakili Hutama Karya, swasta di Tanah Air disebut Panbil Group. Selebihnya perusahaan dari China, Korsel dan Amerika Serikat. Kini, Kementerian PUPR tengah Final Bussiness Case (FBC), dan penuntasan Criteria Readiness sebelum lelang proyek. Sebab, seperti diklaim Ketua MPR, Bambang Soesatyo dijadwalkan proses lelang dua bulan lagi. Gubernur Ansar berjanji membereskan ganjalan lahan di April 2022.
Skema Incheon
Kepada Wakil Menteri PUPR, Yun mengaku Indonesia dan Korsel memiliki kesamaan kondisi geografis, yakni negara kepulauan. Korsel menurutnya, merasa cocok dengan skema pembiayaan proyek Jembatan Batam-Bintan. Yakni, KPBU Solicited dengan penjaminan pemerintah.
Melalui dua skema, yakni dukungan pemerintah melalui pinjaman dan KPBU model Minimum Revenue Guarantee (MRG), alias konsesi. "Setelah kami pelajari, KPBU dengan model MRG kurang lebih sama seperti skema kami tawarkan, yakni availability payment," ungkap Yun. Sebagai bukti keseriusan, Korsel disebut telah mengirimkan surat melalui Korean Exim Bank (KEXIM) ke Menteri PUPR, Basuki pada 22 September 2021.
Bukan kebetulan, skema Korsel sukses diterapkan mereka saat membangun jembatan serupa di Negeri Ginseng. Persisnya, Jembatan Incheon sekaligus jembatan kabel baja (cable stayed) terpanjang di Korsel, sepanjang 21 kilometer menghubungkan daratan Negeri Goryeo ke Bandara Incheon, bahkan memangkas waktu tempuh ke bandara lewat jembatan tol itu.
Wakil Menteri PUPR, Wempi mengungkapkan Jembatan Batam-Bintan tengah studi kelayakan, pembebasan lahan dan izin lingkungan. Kementerian PUPR tengah menyiapkan dokumen lelang dan readiness criteria ke Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). "Target penyelesaian pekerjaan tersebut pada Maret 2024," tegas Wempi sembari menambahkan, jembatan mengadopsi teknologi cable stayed dengan panjang 14,74 kilometer.
(*)