Temuan Kasus COVID-19 Di Sekolah Bukan Alasan Hentikan PTM, Tapi Positivity Rate!
angkaberita.id - Dibanding mal atau kafe, sekolah tatap muka (PTM) jauh lebih penting. Sehingga tetap harus dibuka, meskipun ditemukan kasus baru di sekolah selama PTM. Kecuali, uji positivity rate di daerah bersangkutan di atas 5 persen seperti disyaratkan WHO.
Demikian pandangan Dicky Budiman, Epidemiolog Griffith University di Australia. Penemuan kasus di sekolah, menurutnya belum menjadi alasan kembali menghentikan PTM atau sekolah tatap muka, meskipun terpantau peningkatan kasus baru.
"Saat ini belum. Walaupun kasus meningkat, belum. Saya sampaikan belum (PTM ditutup)," kata Dicky, seperti dikutip merdeka.com, Sabtu (15/1/2022). PTM harus dihentikan jika situasi pandemi di masyarakat memburuk, dengan naiknya positivity rate di atas 5 persen. "Dan, atau kasus di rumah sakit meningkat. Ini yang akan harus menjadi pertimbangan," sebut dia.
Sekolah tegas Dicky, sektor prioritas sehingga harus tetap berjalan, bahkan dibandingkan mal dan kafe. Apalagi, mal dan kafe justru tak ada penutupan. "Sekolah itu lebih penting daripada mal. Jadi kalau mal masih buka, kafe masih buka, sekolah ditutup itu salah. Karena berarti kita tidak memprioritaskan yang prioritas. Itu salah. Dan merugikan kita nanti. Panjang ruginya," beber Dicky.
Beda kalau situasi pandemi memburuk di masyarakat dengan melejitnya positivity rate. Kondisi itu, lanjutnya, semua sektor memungkinkan terjadinya interaksi harus ditutup. "Tapi enggak boleh cuma sekolah (PTM ditutup). Yang lain juga begitu. Kalau cuma sekolah tidak efektif," sebut Dicky. Sebelumnya Kemendikbud juga merisaukan kemungkinan learning loss akibat terus ditundanya sekolah tatap muka.
(*)