COVID-19 di Tanah Air, Menimbang Kegalauan Tenaga Medis Hadapi Virus Corona
angkaberita.id – Ketua Gugus Tugas COVID-19, Doni Monardo menegaskan, kunci menanggulangi pandemi COVID-19 ialah kerjasama, termasuk di dalamnya kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah.
Seperti berdiam di rumah dan pembatasan aktivitas sosial (social distancing) serta perilaku sehat. Dalam bahasa Ikatan Dokter Indonesia, batalkan segala aktivitas sosial berisiko menularkan pandemi virus corona, termasuk arisan kampung sekalipuan.
Kasus COVID-19 di Italia menjadi cermin, meskipun berstatus lockdown warga di sana tak menghiraukan larangan berkeliaran di luar rumah. Belakangan, setelah kasus kematian meningkat, pemerintah Italia bertindak tegas dengan menyeret warga bandel ke bui.
Terungkap, pengabaian itu mengakibatkan warga berisiko tinggi seperti lansia dan orang dengan penyakit bawaan rentan terinfeksi dan berujung kematian. Karena, di luar kelompok usia lansia, infeksi COVID-19 nyaris tak menunjukkan gejala apapun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan secara khusus menegaskan, usia muda bukan jaminan steril dari COVID-19, bahkan mereka berisiko menulari kelompok warga lainnya, dengan daya kekebalan tubuh lebih rendah, termasuk akibat pertambahan umur.
Soal perilaku itu agaknya belakangan menjadikan kerisauan sendiri di kalangan dokter, sehingga sebagian di antara mereka sampai pada kesimpulan perlunya karantina wilayah alias lockdown, termasuk di Batam, meskipun kasus di Italia dapat menjadi cermin pembanding.
Sebagai profesi paling berisiko selama pandemi COVID-19, kekhawatiran mereka wajar. Apalagi jumlah sejawat mereka, baik meninggal maupun terjangkit juga tak sedikit. Di Jakarta, seperti dilaporkan CNBC Indonesia, dari 356 kasus 42 orang di antaranya berasal dari tenaga medis.
Kemudian setidaknya 6 dokter gugur saat bertugas, 5 di antaranya akibat terjangkit COVID-19. Belum lagi simpang siur soal ketersediaan alat pengaman diri (APD) saat menangani pasien COVID-19, terutama di daerah.
Kalaupun ada, jumlahnya terbatas dan perlu skala prioritas. Jakarta masih menjadi episentrum pandemi di tanah air. Data terakhir, hingga Senin (23/3/2020) pandemi telah berjangkit di 22 dari 34 provinsi di tanah air.
Terjadi penambahan 65 kasus baru, totak kasus menjadi 579 dengan 49 pasien di antaranya meninggal dunia. Penambahan sebanyak itu, termasuk kasus baru di Batam. Sehingga terdapat 5 kasus di Kepri hingga Senin (23/3/2020), tiga di Batam dan dua lainnya, masing-masing, satu kasus di Tanjungpinang dan Batam.
Gugus Tugas COVID-19 khususnya di Batam, kini berpacu dengan waktu melacak warga terkait dengan pasien baru itu, demi memitigasi risiko penularan berlanjut. Strategi penjejakan warga memiliki riwayat kontak dengan pasien terinfeksi menjadi penting dibanding mengunci wilayah (lockdown).
Pakar kesehatan di WHO mengamini kondisi itu. Seperti dilansir situs berita Singapura, Straits Times, Dr Mike Ryan dalam wawancaranya dengan BBC Inggris menegaskan, menekan laju COVID-19 tak sesederhana dengan mengunci wilayah.
Perlu juga langkah-langkah kesehatan publik sebagai pencegahan. “Kita perlu fokus mencari mereka yang sakit, mereka yang terjangkit virus di tubuhnya, dan mengisolasinya, kemudian mencari sesiapa saja kontak terakhir mereka dan selanjutnya mengisolasinya juga,” tegas Ryan.
Karantina wilayah, menurutnya, tanpa dibarengi dengan tindakan kesehatan publik kuat lainnya, hanya mengundang bahaya melejitnya kasus infeksi.
Tak hanya di Italia, pengabaian dan penolakan kebijakan pemerintah menjauhi kerumuman, atau sekadar berdiam diri di rumah , juga banyak terjadi di tanah air.
Dengan berbagai dalih, mereka ingin tetap meneruskan aktivitasnya. Dahlan Iskan, bos Jawa Pos, merangkum dengan cerdas fenomena itu dalam kolom di blog pribadinya.
Kini, seperti penegasan Doni Monardo, bukan saatnya berdebat, tapi bekerja sama dan bahu membahu melawan pandemi COVID-19, dengan mematuhi kebijakan pemerintah.
(*)