angkaberita – Kendati terjadi insiden kapal induk USS Nimitz “menyusup” Selat Malaka, kapal-kapal perang Amerika Serikat khususnya armada ketujuh bermarkas di Jepang tetap menjadi incaran bisnis MRO.
Bersaing dengan Korsel, Indonesia mulai merayu Negeri Paman Sam mempercayakan perawatan, perbaikan dan operasional (MRO) kapal perang mereka di Surabaya. Lewat PT PAL, selama ini langganan MRO kapal perang Indonesia (KRI), siap menjadi pesaing Korsel.
Batam juga berpeluang, setelah beberapa waktu lalu Mabes TNI AL mempercayakan pembuatan kapal perangnya di jantung ekonomi Kepri itu. Sejumlah media asing mulai berspekulasi dengan langkah strategis Indonesia lewat PT PAL tadi.
Apalagi, belakangan terungkap, rencana Mabes TNI membeli kapal induk dan kapal selam, masing-masing, dari Italia dan Prancis seiring peningkatan postur militer dan angggaran TNI lewat Kemenhan RI. Terbaru, PT PAL telah meneken sejumlah kesepatan strategis militer dengan negara luar.
Armada Ketujuh
Gugus tempur armada ketujuh Amerika Serikat, biasa dikenal seventh fleet, bermarkas di Jepang. Mereka mengoperasikan sejumlah kapal perang, termasuk kapal induk (aircraft carrier) dan kapal selam. Sejumlah fregat, perusak dan penyapu ranjau.
Total, disebut-sebut, terdapat 70 unit kapal tergabung dalam armada bentukan setelah insiden Peral Harbour di Hawai itu, termasuk kapal logistik tempur. Armada ketujuh mengamankan kepentingan Amerika Serikat di perairan Indo Pasifik, termasuk menghadapi konflik di Laut China Selatan.
Di Tanah Air, Surabaya dan Batam menjadi andalan industri MRO, termasuk sektor penerbangan. Di Batam, terdapat MRO kelolaan LionAir bahkan berstatus KEK. Sejak tahun 2018, hanya hitungan jari perusahaan konsisten menggarap jasa MRO pesawat.
Khusus kapal, Batam bukan hanya menyediakan MRO, tapi juga shipyard pembuatan kapal. Selain kapal perang, juga kapal negara kelolaan Basarnas dan, selebihnya, kapal niaga termasuk kapal keperluan pemasangan kabel laut.
(*)