angkaberita – Presiden Trump agaknya tak menganggap langkah Indonesia mengekspor telur demi mengatasi lonjakan harga di Negeri Paman Sam. Terbukti, mereka tetap mengenakan tarif dagang ke Indonesia, meskipun tak sebesar di Vietnam. BP Batam kebat-kebit?
Kendati mengklaim terbiasa dengan kebijakan tarif dagang, BP Batam agaknya risau dengan kebijakan sepihak Presiden Trump tadi. Lewat Deputi Investasi dan Pengusahaan, BP Batam menyiapkan lima jurus menghadapi kondisi perang dagang tadi.
Termasuk, seperti Deputi Fary Djemy Francis sampaikan, bersama pemerintah pusat memanksimalkan saluran diplomasi perdagangan internasional menetralisir dampak pengenaan tarif komoditas ekspor ke AS tadi. Trump mengenakan tarif sebesar 32 persen ke barang impor dari Indonesia.
Industri Batam, terutama lewat investasi, bakal terimbas. Sebab, ekspor ke Amerika Serikat menjadi andalan kalangan industri berinvestasi di Batam. “Perusahaan di Batam berorientasi ekspor di berbagai bidang. Tahun 2024 saja, total ekspor Batam ke Amerika sekitar USD $4 Milliar, atau 25 persen dari total ekspor Kota Batam,” kata Fary, dalam keterangan resmi, Jumat (4/4/2025).
Meski demikian, Fary mengklaim perubahan kebijakan tdi bukan ikhwal baru bagi BP Batam. Dia juga meyakini BP Batam mampu bertahan dengan kondisi itu. BP Batam, sebut dia, juga telah menyiapkan sejumlah skenario sekaligus menjadi jurus menghadapinya.
Lima Jurus Lawan Trump
Yakni, (1) Melakukan penyesuaian kebijakan dan insentif (2) Memperkuat industri bernilai tambah agar ekspor dapat tetap dilakukan ke AS (3) Memaksimalkan status Batam sebagai FTZ (4) Memperkuat koordinasi BP Batam bersama pemerintah pusat ke berbagai saluran diplomasi perdagangan internasional (5) Melakukan agregasi supply-chain perdagangan internasional bersama sektor swasta lainnya.
Fary mengklaim lima jurus dapat membantu Batam tetap menjadikan Amerika Serikat tujuan ekspor dari investasi selama ini. “BP Batam tidak akan menghindari AS sebagai tujuan pasar, tetapi kami akan berjuang agar tetap kompetitif meskipun ada tarif yang telah ditetapkan,” kata Fary.
Klaim Fary agaknya sejalan dengan kebijakan pertumbuhan ekonomi Batam gagsan Amsakar Ahmad dan Li Claudia Chandra, Kepala dan Waka BP Batam, termasuk meningkatkan daya saing serta menekan harga komoditas.
Dengan demikian, meski terkena tarif dagang, komoditas dari Indonesia tetap kompetitif ke pasar Amerika Serikat. Seperti pertumbuhan investasi data center, dengan investor sebagian besar dari Amerika Serikat, bakal menjadi kekuatan khusus Batam. “Ini tidak akan tergantikan,” klaim Fary. Lewat KEK Nongsa, Batam menjadi lokasi incaran investasi data centre, termasuk dari investor Amerika Serikat. Oracle satu di antaranya.
(*)