*) Laila Purnama Hilham
DI tengah pesatnya perkembangan budaya ngopi di Kota Tanjungpinang yang kental akan adat Melayu, sebuah inovasi dalam dunia kopi telah mewarnai suasana senja di pesisir Tanjungpinang. Dengan menghadirkan konsep usaha yang kreatif namun tetap terjangkau bagi masyarakat lokal, lahirlah sebuah cerita tentang secangkir kopi yang menghangatkan jiwa masyarakat Melayu di kota ini.
Namanya Kopiway, kedai kopi keliling pertama yang menggunakan electric cart. Usaha yang baru beroperasi sejak Oktober 2024 ini menawarkan berbagai varian kopi berkualitas dengan harga terjangkau. Hingga kini, Kopiway telah mengoperasikan dua electric cart di Tuguh Sirih Tepi Laut dan Bazar Ganet Tanjungpinang, serta satu stand di Bazar Imlek Jalan Merdeka.
Kopiway beroperasi mulai pukul 17.00 WIB hingga dagangan habis. Kopiway menyediakan empat varian menu mulai dari Americano dan Kopi Susu seharga Rp10.000, Kopi Susu Aren Rp12.000, hingga Matcha Latte Rp15.000. Yang membedakan Kopiway dengan kedai kopi keliling lainnya adalah penggunaan biji kopi berkualitas yang didatangkan dari berbagai daerah.
“Kami tidak menggunakan kopi instant, melainkan biji kopi pilihan dari Jawa, Sidikalang, Temanggung, dan Kerinci yang kami roasting sendiri,” jelas Bang Mimin pendiri Kopiway. Selanjutnya biji kopi hijau tersebut di roasting sendiri dan dihaluskan menggunakan mesin grinder untuk menghasilkan espresso berkualitas.
Bang Herri Wijaya, yang lebih dikenal sebagai Bang Mimin, pendiri Kopiway, mengungkapkan bahwa inspirasi mendirikan usaha ini berawal dari kebiasaannya menikmati senja di Tepi Laut Tanjungpinang. “Saya sering kesulitan menemukan penjual kopi di area tersebut. Dari situlah muncul ide untuk berjualan kopi yang benar-benar menggunakan biji kopi asli, bukan kopi sachet,” ujarnya.
Sebelum memutuskan menggunakan electric cart, Bang Mimin sempat mempertimbangkan untuk berjualan menggunakan cooler box. “Awalnya terpikirkan untuk berjualan dengan cooler box sambil berjalan, tapi setelah dipikir-pikir ini kurang efisien karena pelanggan biasanya ingin yang cepat, dekat dari jangkauan, dan yang paling penting harganya murah,” jelasnya. Pertimbangan inilah yang akhirnya menginspirasi penggunaan electric cart.
Nama “Kopiway” sendiri dipilih dengan filosofi yang unik, menggabungkan kata “Kopi” dengan “Way” yang telah menjadi jargon khas masyarakat Tanjungpinang. “Way” yang berarti “Bro” mencerminkan keakraban dalam menawarkan kopi kepada pelanggan.
Dalam menjalankan bisnisnya, Kopiway menerapkan sistem kemitraan dimana mitra mendapatkan penghasilan langsung dari hasil penjualan harian. Sistem mitra yang diterapkan Kopiway memberikan kesempatan kepada para mitranya untuk mendapatkan penghasilan berdasarkan jumlah produk yang terjual pada hari itu juga.
Meski baru beroperasi empat bulan, Kopiway telah mendapat sambutan positif dari masyarakat Tanjungpinang. Bang Mimin mengakui bahwa tantangan utama hanya datang saat cuaca hujan yang menyebabkan penurunan penjualan. Selain menjaga kualitas produk, Kopiway juga memperhatikan aspek kebersihan dengan penggunaan sarung tangan dan penyediaan tempat sampah.
*) Penulis Mahasiswi Sosiologi STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang
DISCLAIMER: Setiap tulisan di rubrik kolom sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulisnya masing-masing