angkaberita.id

Pariwisata Kepri (2-Habis): Wisman India ‘Mata Uang Baru’ Buruan Batam-Bintan

abdul wahab dan shritar saat kerjasama bintan resorts dengan vfs global/foto via bintan-resorts.com

kemitraan stratregis pengelola lagoi dengan vfs global/foto via bintan-resorts.com

angkaberita.id - Beberapa pekan terakhir, pariwisata Kepri mendapatkan kabar baik. Selain restu pusat memberi laluan ke ekspatriat di Singapura lewat Perpres bebas visa, juga DPR barusan menyetujui revisi UU Imigrasi. Selebihnya, Kepri berharap berkah "mata uang baru" berupa wisman India.

Kenapa? Laporan The Economist barusan, wisman India kini mengalahkan pelancong China sebagai turis terbanyak ke sekujur dunia. Plesiran mereka ke sejumlah destinasi wisata di Asia, termasuk Asia Tenggara, menjadikan pariwisata bergeliat dengan cepat. Pendeknya, mereka currency, alias mata uang baru bagi ekonomi pariwisata Kepri, khususnya Batam-Bintan.

Di Bintan, kontribusi pariwisata ke PAD tertinggi. Meskipun Lagoi masih menjadi mesin uangnya. Tapi, industri pariwisata belakangan memang menjadi tumpuan sejumlah negara. Ujungnya, banyak negara termasuk di Asia Tenggara berlomba-lomba memanjakan mereka lewat skema bebas visa.

Kepri, meski berharap itu, tetap dapat bereforia dengan relaksasi bebas visa bagi ekspat di Singapura seperti perintah Perpres akhir bulan Agustus. Sebab, seperti diakui Guntur Sakti Kadispar Kepri, India merupakan big market dan satu dari lima negara penyumbang kunjungan wisman terbesar ke Kepri setelah WNA Singapura, Malaysia dan Tiongkok. Kalau di Malaysia, Pemprov Kepri bahu membahu dengan KJRI Johor mengail mereka.

Pengelola Lagoi, yakni BRC, serius "memancing di kolam air" tetangga dengan membuka marketing representative officer di Tiongkok, Korea Selatan dan India. Ketiganya pasar potensial dan tak berlaku bebas visa. Khusus India, BRC melangkah lebih jauh dengan menggandeng VFS, firma jasa turisme sekaligus dokumen keimigrasian dunia.

Nah, khusus menggarap Perpres bebas visa ekspat di Singapura, jurus memancing ikannya sama. Tak peduli dia Tiongkok, Korsel atau India. Semisal pasar ekspat India di Negeri Singa, kata Guntur, tiga skema bidikan. Yakni, kewargaanegaran (nationality), kemudian country dan terakhir origin.

"Nationality menyasar warga India berstatus WN Singapura," kata Guntur. Sedangkan Country merujuk warga India tinggal dan menjadi penduduk Negeri Singa lewat status permanent residence. Terakhir, by origin, alias WN India berwisata atau berhajat ke Singapura.

Pekerjaan rumah selanjutnya, kata Guntur, bagi pemangku kepentingan pariwisata di Kepri merumuskan strategi dan inisiatif agar mereka berbondong-bondong ke Kepri, khususnya Batam dan Bintan. Istilah dia, kiat creating demand-nya. Dengan situasi Pilkada, dan transisi pemerintahan, tantangan tak mudah. "Kuncinya memang creating demand," kata Sapril Sembiring, Ketua Asita Bintan-Tanjungpinang, terpisah.

Tapi, lewat Kepri Tourism Forum kemarin, pemangku kepentingan pariwisata di Kepri telah segendang sepenarian soal buhul pengikat sinergi dan kolaborasi selanjutnya. Pemerintah dan Pemprov, termasuk Pemko dan Pemkab di Kepri, menjadi fasilitator. Karenanya, mereka juga mendapat "tanggung jawab" arus kunjungan wisman.

Jurus Pemda Autopilot?

Dengan fungsi sebagai supporting, memang Pemda terkesan autopilot pengelolaan kebijakan pariwisata. Tapi, kata Guntur, kondisi tadi bukan tak berguna. Sebab, kerja pariwisata mirip kerja menangani stunting, alias melibatkan banyak pihak (pentahelix). "(Pemda) auto pilot, kondisi ideal pariwisata itu industri leading sector, government supporting," kata Guntur.

Istilahnya mengelola pariwisata itu lintas sektor, aktor dan koridor. Pemerintah pusat dan Pemda menjadi regulator, akademisi jembatan konseptor, industri menjadi enabler, komunitas/warga sebagai akselerator dan media sebagai ekspander. "Inilah owner pariwisata kita, istilahnya pentahelix," beber Guntur.

Kabar baiknya, stakeholder pariwisata di Kepri sefrekuensi. Nah, ekosistem menjadi tantangan berikutnya. Insentif pemerintah pusat, semisal Perpres bebas visa, menjadi insentif ekosistem Kepri lebih kompetitif. Dengan skema border tourism, insentif regulasi bakal memperkuat posisi saing wisata Kepri.

Penegasan Kadispar Guntur tak sepenuhnya offside, sebab berdasarkan data, swasta masih mendominasi pengelolaan destinasi wisata. Di Kepri, Nongsa dan Lagoi menjadi lokasi investor berinvestasi ke sektor pariwisata. Sejauh ini, Lagoi terhitung paling gegap gempita mengurus "urusan perut" investasi pariwisata di Kepri. Terbaru, lewat sport tourism menyasar wisman dan pelancong lokal. Bahkan, mereka jauh melangkah menjajal niche tourism dengan menawarkan, kelak, museum rumpun Melayu bersatu.

(*)

Bagikan
Exit mobile version