Pariwisata Kepri (1): Johor Obat Sakit Kepala Bisnis Pelancongan Di Bintan-Tanjungpinang?

stakeholder wisata johor dengan kepri berembug di batam membahas special border treatmet terkait border tourism

Kesultanan Johor agaknya bakal menjadi obat mujarab bagi pariwisata Kepri setelah arus kunjungan wisman Singapura pening memikirkan tiket mahal naik feri ke Batam. Kedatangan Menteri Besar (MB), setara gubernur di Indonesia, mereka sekaligus darah biru politik di Malaysia seperti menjadi doping Pemprov Kepri tak henti-henti melobi diskon visa on arrival lewat Menpar Sandiaga.

Diskon visa on arrival menjadi harapan Gubernur Ansar menggairahkan pariwisata Kepri setelah hasrat penambahan negara bebas visa kunjungan seperti menggantang asap. Kabar buruknya, lobi sejak dua tahun terakhir seperti menegakkan benang basah. Terbaru, Menteri Sandi saat ke Tanjungpinang memberikan jawaban angin surga.

Padahal, dia sempat percaya diri berkoar-koar aturan terkait diskon visa telah di meja Presiden Jokowi. Dengan predikat juara pariwisata Asean tahun 2023, Malaysia lewat Johor menjadi harapan Kepri menggeber skema border tourism. Gayung bersambut, dengan serangkaian pertemuan berbalut hajatan dalam sejumlah kesempatan di Batam.

Tapi, jauh sebelum itu, hajatan-hajatan tadi merupakan hasil ikhtiar panjang Pemprov lewat Dispar Kepri  dengan Konjen RI di Johor. Kadispar Guntur menjajaki peluang, seperti diserukan kalangan pelaku usaha perjalanan pariwisata di Kepri, kolaborasi. Kredonya: bukan bersaing, tapi bersanding. Termasuk urusan jam operasional feri dan pelabuhan tujuan di Johor dari Kepri.

Beberapa pekan terakhir terdengar kabar baik. Setelah Batam dan Tanjungpinang, rute ke Johor juga dari Bintan. Kabar baik lainnya, suara kalangan kalangan pelaku usaha pariwisata di Tanjungpinang agar jam feri Tanjungpinang-Batam hingga malam juga mendapat respon positif KSOP di Bumi Gurindam.

Jika Pelabuhan Sri Bintan Pura jam operasi dapat berubah ke Batam, tak ubahnya kode kemungkinan jadwal feri ke Johor dapat berubah sesuai dengan keinginan pasar wisata di Pulau Bintan. Akhir bulan lalu, pihak Tourism Johor dengan Dinas Pariwisata dan stakeholder pariwisata Kepri lewat KJRI Johor bertemu di Batam.

Creating Demand

Menunya menemukan buhul kerangka kerjasama special border treatment. Hubungan sejarah dan budaya menjadi pondasi yang kuat utk membangun kontruksi kerjasama baik disektor pariwisata, budaya, perdagangan dan perhubungan. Pertemuan membahas peluang kerjasama mencakup promosi dan pemasaran.

Kemudian kemudahan layanan CIQP di entry dan exit point, twin destination serta sejumlah isu strategis lainnya. Pihak Tourism Johor mengusulkan untuk isu isu bersifat G to G dibawa ke forum lebih besar seperti Sosek Malindo. Nah, setelah mengerucut, pertemuan menjanjaki peluang kolaborasi segera dapat dikonkretkan, meskipun prakteknya secara bussines to bussines telah berjalan dalam beragam bentuk.

“Johor dipilih karena border terdekat dan akses laut dari dan ke sana sudah terbentuk,” kata Guntur Sakti, Kadispar Kepri, saat itu. Pembukaan rute baru feri dari Lagoi di Bintan ke pelabuhan di Johor menjadi bukti konkret kolaborasi tadi. Sapril Sembiring, Ketua Asita Tanjungpinang-Bintan tak menampik skenario tadi. Tantangan berikutnya menciptakan pasar, istilah dia “creating demand” ke Pulau Bintan.

“Sebab sekarang demand kurang ke Tanjungpinang,” sebut dia. Satu pemicunya jadwal feri dinilai tak cocok dengan skenario plesiran short term, alias 2-3 hari di akhir pekan. “Kemalaman,” kata dia. Karena feri dari Johor berangkat sore dari sana. Sedangkan dari Tanjungpinang ke sana jadwalnya pagi. Selebihnya, di mata veteran kebijakan pariwisata Kepri, kerja-kerja kepariwisataan di Kepri masih sektoral.

“Belum ada sinergi,” sindir dia. Budaya sebagai nyawa pariwisata, kata dia,tafsirnya masih sebatas budaya sebagai atraksi. Belum menjadi nilai daya tarik. “Wisman Malaysia, kebanyakan datang ke Kepri karena ingin rileks dan kulineran,” sebut dia. Hanya saja, semisal wisman India asal Malaysia, mereka terbatas pilihannya. Karena tak banyak rumah makan khas India.

Skenario Meleset

Berdasarkan data, wisman Singapura masih menjadi andalan pariwisata Kepri. Selain warga Singapura, juga WNA di sana. Kalau wisman Malaysia persoalannya jadwal feri terbatas, khususnya ke Bintan-Tanjungpinang, wisman Singapura tersandera ongkos feri mahal. Nah, lobi Gubernur Ansar ke Kemenpar meminta short term visa sejatinya demi merayu wisman lewat Singapura.

Dengan diskon visa on arrival, harapannya potongan duitnya dapat menambal ongkos feri mahal sejak tahun 2022. Tapi, harapan tinggal harapan. Wisman Singapura justru membatasi plesiran mereka ke Kepri, khususnya ke Batam sejak meroketnya tiket feri tadi. Padahal, seperti pengakuan pelaku wisata di Batam, saat ongkos feri tak semahal sekarang. “Tanpa berbenah destinasi wisata, wisman Singapura terus mengalir datang,” kenang dia.

Persoalan lainnya, Kepri masih kesulitan menemukan strategi agar wisman tak berhenti plesiran ke Batam saja, tapi menjadi Batam pintu masuk ke destinasi di kabupaten/kota lainnya di Bumi Segantang Lada. Meski demikian, kalau soal ongkos feri tetap mahal harapan tadi semakin jauh panggang dari api. Pertemuan blak-blakan KPPU dengan operator feri juga tak menjanjikan rekomendasi nyata. Sebaliknya KPPU melempar bola Kemenhub. Tapi, masih ada harapan. Yakni, KDH dan bersyukur Kadispar Kepri telah membagi tanggung jawab pariwisata Kepri dengan mereka berupa target kunjungan. Kini tinggal menunggu sinergi mereka.

(*)

Bagikan