angkaberita.id

Per Juli, Angkasa Pura Indonesia Kelola Bandara RHF Pinang

bandara raja haji fisabilillah tanjungpinang/foto via batam.tribunnews.com

gedung gonggong menjadi ikon kota tanjungpinang/foto kompas.com/ambar nadia

angkaberita.id - Per Juli, PT Angkasa Pura Indonesia resmi mengelola Bandara RHF Tanjungpinang menyusul penggabungan AP I dan AP II sejak tahun lalu. Proses merger keduanya rampung bulan Juli sekaligus menjadikan mereka operator bandara terbesar ke-4 di dunia.

"Bulan Juli ini kita mulai muncul satu perusahaan operator airport yang besar, dan ini akan menjadi nomor 4 terbesar di dunia, dengan jumlah penumpang itu kita 170 juta per tahun," ungkap Dony Oskaria, Dirut InJourney, holding BUMN pariwisata, seperti dikutip detikcom, Jumat (21/6/2024).

Angkasa Pura Indonesia merupakan subholding InJourney. Sejak merger tahun lalu, SOP hingga IT operasional bandara dilakukan penyamaan. Sehingga, kata dia, secara organisasi dan operasional serta keuangan telah bergerak dalam satu irama. "Jadi ini (Juli) tinggal gongnya aja," sebut dia.

Bandara Domestik

Selain penggabungan AP, Bandara RHF juga barusan turun kelas menjadi bandara domestik. Kemenhub menghapus status bandara internasional bersama belasan bandara lain di Tanah Air. Hanya Bandara Hang Nadim di Batam satu-satunya bandara internasional di Kepri. Pemicunya status tadi hanya menjadi prestige saja, alias tak berbanding lurus dengan arus kunjungan wisman.

Kalau BP Batam mengelola Bandara Hang Nadim, dulunya AP II mengelola Bandara RHF. AP II membawahkan sebanyak 20 bandara tersebar di Sumatera serta sebagian Jawa dan Kalimantan. Berbeda dengan Bali dan Jakarta, meskipun sama-sama menjadi pintu utama pariwisata, Kepri menjadi andalan arus wisma lewat jalur laut.

Sedangkan Jakarta dan Bali gerbang wisata jalur udara. Pariwisata Bali dan Kepri juga serupa. Yakni, border tourism, dengan wisman tetangga menjadi andalannya. Kepri mengandalkan wisman Singapura dan Malaysia. Hanya saja, arus kunjungan wisman ke Kepri tersandera ongkos tiket feri mahal, khususnya rute Singapura-Batam pergi pulang.

(*)

Bagikan
Exit mobile version