Gara-gara Bayi, Perdana Menteri Jepang Cemas Negara Gulung Tikar
angkaberita.id - Selain bertebaran kota hantu lantaran tiada penduduk, PM Jepang disibukkan dengan terus anjloknya angka kelahiran di Negeri Matahari Terbit itu. Terbaru, mereka menerbitkan kebijakan "mengusir" warga Tokyo agar berpindah ke perdesaan, lengkap dengan ongkos hidup dan calon suami setia di lokasi tujuan.
Tapi, untuk sebagian, tak mempan. Seperti Korsel dan Singapura, Jepang kian menua penduduknya dengan terus menurun jumlah kelahiran akibat resesi seksual di sana. Dengan populasi sebanyak 125 juta jiwa sekarang, tahun lalu Jepang hanya mencatat 800 ribu kelahiran.
Padahal tahun 1970-an, angkanya di kisaran dua juta kelahiran per tahun. Jepang tak sendirian, tulis BBC seperti dikutip detikcom, sebab tren serupa juga berjangkit ke tetangga mereka. Bahkan, China diprediksi tahun 2050 bakal tersalip India sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Kini China melonggarkan kebijakan ketat "Satu Anak" merespon makin menuanya penduduk mereka. Jepang takut gulung tikar lantaran anjloknya angka kelahiran berarti kian sedikit pekerja, dan calon pekerja di masa depan. Sementara jumlah penduduk berusia lanjut kian bertambah banyak.
Jumlah penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas terbanyak kedua di dunia, hanya kalah dari Monako. "Jepang berada di ambang apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat," curhat Fumio Khisida, PM Jepang di depan parlemen.
April tahun ini, mereka bakal membentuk badan baru fokus pada kelahiran penduduk, dengan menggandakan anggaran tunjangan anak. Turunnya angka kelahiran di Jepang, untuk sebagian, akibat kenaikan biaya hidup, lebih banyak perempuan bekerja dan terdidik, serta akses KB mudah.
(*)