angkaberita.id

Syamsul Anwar, Anak Natuna Calon Kuat Ketum Muhammadiyah

syamsul anawar, guru besar fakultas syariah uin sunan kalijaga, yogyakarta, calon ketum pp muhamdiyah/foto via tribunnews

Syamsul Anwar, Anak Natuna Calon Kuat Ketum Muhammadiyah

angkaberita.id - Nama Syamsul Anwar agaknya menjadi jalan tengah pertarungan kursi Ketum Muhammadiyah menyusul "persaingan" kubu Haedar dengan Abbas. Dosen UIN Sunan Kalijaga kelahiran Midai di Natuna, menguat seiring ditetapkannya 13 nama calon formatur PP Muhammadiyah periode 2022-2027, Minggu (20/11/2022) dini hari.

Saat voting 13 calon formatur PP Muhammadiyah, Haedar meraih dukungan sebanyak 2.203 suara. Abdul Muti mendapat dukungan 2.159 suara. Selanjutnya Anwar Abbas dan Busyro Muqoddas, masing-masing, 1.820 suara dan 1.778 suara.

Di tempat kelima, Hilman Latief meraih 1.675 suara dukungan. Dua nama teratas, Haedar dan Muti, merupakan duet Ketum dan Sekjen PP Muhammadiyah periode 2015-2022. Sedangkan Abbas dan Busyro, masing-masing, Waketum MUI dan mantan Ketua KPK.

Haedar dan Abbas terus masuk 10 besar pemilihan calon formatur PP Muhammadiyah. Saat sidang tanwir, Jumat (18/11/2022), Abbas meraih suara terbanyak. Haedar berada di peringkat ketiga. Sedangkan Muti dan Busyro masuk 10 besar.

Kebiasaan di Muhammadiyah, Haedar berpeluang terpilih kembali. Namun, sebelum resmi diumumkan ke publik, kondisi masih dapat berubah. Persaingan menduduki Ketum Muhammadiyah bukan ikhwal baru. Dulu, di masa Syafii Maarif, juga pernah terjadi.

Dua Kubu

Kelakar saat itu, Muhammadiyah terbelah dua kubu, istilah mereka "mahzab", yakni Syafii dan Maliki. Kubu pertama merujuk Syafii Maarif dengan pusat dukungan Yogyakarta, dan Maliki mengacu Malik Fajar dengan poros dukungan Jakarta-Malang.

Selain Yogyakarta, kedua kota tadi memang menjadi "ibukota" tak resmi Muhammadiyah. Terbukti dengan hadirnya perguruan tinggi kelolaan Muhammadiyah di sana. Malik Fajar, saat itu Mendikbud, merupakan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. Di akhir, Syafii akhirnya terpilih. Pendeknya, Muhammadiyah tak steril perkubuan.

Haedar dan Abbas mengulang kejadian itu. Haedar-Muti tak sefrontal Abbas-Busyro mengkritisi kebijakan pemerintah, terutama berkenaan isu politik. Nah, Syamsul Anwar mencuat demi meredam energi persaingan menjadi sumber daya rekonsiliasi. Berhasilkah?

"(Soal Ketum dan kepengurusan pusat) tinggal masalah penetapan saja. Karena segala sesuatunya berlangsung dengan benar, sesuai dengan aturan yang ada. Jadi besok itu tinggal formalitas," tegas Ahmad Dahlan Rais, Ketua Panlih Muktamar ke-48 Muhammadiyah, seperti dikutip CNN Indonesia.

Siang ini, 13 formatur tadi akan menentukan skenario terbaik persyarikatan ke depan, terutama menghadapi Pemilu 2024. Lalu siapa Syamsul Anwar? Dia Ketua Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Syamsul guru besar Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Lahir di Midai, Natuna, dia melanjutkan sekolah menengah di Tanjungpinang, sebelum berkuliah ke Yogyakarta. Setelah itu, dia melanglang buana mancanegara menempuh program magister hingga doktoral. Syamsul anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan Abbas dan Maryam, dan satu-satunya anak laki-laki di keluarga itu.

Kematangan intelektual dia kian terasah setelah mendapatkan asupan pendidikan dari dua kubu berbeda, yakni Sumatra Thawalib dan Mukti Ali. Nama terakhir dikenal sosok progresif di Tanah Air. Di bawah Mukti, Syamsul sukses membedah pemikiran Raja Ali Haji soal konsep negara di pemikiran Melayu lewat tesis berjudul "Konsep Negara dalam Dunia Melayu: Kajian terhadap Pemikiran Ali Haji,".

Syamsul, untuk sebagian, juga menjadi jalan tengah menyiasati kepengurusan inti di PP Muhammadiyah kian menua dan banyak pengurus berusia sepuh, seperti Haedar dan Abbas, dengan merekrut pengurus usia muda. Apalagi, seperti ditulis mojok.co, tak sedikit kader muda itu berpredikat kaliber dunia dan benar-benar milineal, melek urusan milineal.

(*)

Bagikan
Exit mobile version