angkaberita.id

Versi Bank Dunia, Nabung Di Bank Tak Menguntungkan!

setelah heboh anggaran lem aibon, pemprov dki jakarta dihebohkan kabar pns baru golongan 3a bergaji rp 20 juta sebulan/foto via liputan6.com

ilustrasi via bali.tribunnews.com

Versi Bank Dunia, Nabung Di Bank Tak Menguntungkan!

angkaberita.id - Sektor keuangan di Tanah Air, termasuk perbankan, benar-benar eksklusif. Bagi pemodal, investasi ke sektor perbankan tak bakal menguras duit modal. Kenapa? Sebab, rerata perbankan di Tanah Air, rendah penyaluran kredit tetapi tinggi kutipan laba operasional. Ujungnya, nabung di bank duit bakal kian tergerus?

Laporan terbaru Bank Dunia, 95 juta penduduk dewasa di Tanah Air tak memiliki rekening di institusi keuangan. Alhasil, Indonesia merupajan negara dengan jumlah penduduk belum tersentuh layanan keuangan perbankan (unbanked) terbesar ke-4 di dunia. Sektor keuangan di Tanah Air juga dinilai masih dangkal penetrasinya.

"Meskipun akses rumah tangga ke sektor keuangan formal telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia masih memiliki masyarakat belum tersentuh layanan keuangan formal perbankan atau unbanked people terbesar keempat di dunia," tulis Bank Dunia seperti dikutip Katadata, Kamis (23/6/2022).

Bank Dunia merilis, hanya 49 persen penduduk dewasa dan 37 persen penduduk termiskin memiliki rekening di perusahaan keuangan. Sektor keuangan disbeut masih menghadapi hambatan struktural, meskipun ada kemajuan substansial. Ujungnya, pertumbuhan ekonomi inklusif berkelanjutan terdampak.

Bukan hanya aset, penetrasi kredit sektor keuangan terhadap PDB di Tanah Air rendah. "Sektor keuangan tergolong dangkal, masih didominasi perbankan," tulis Bank Dunia. Aset sektor keuangan setara 77 persen PDB, jauh di bawah Filipina, Thailand dan Malaysia. Masing-masing, 121 persen, 259 persen dan 284 persen.

Untungkan Bank

Sektor keuangan, tulis Bank Dunia, juga masih mahal. Efisiensi intermediasi bank relatif rendah dengan marjin bunga bersih (NIM) secara struktural lebih tinggi dibandingkan dengan di negara-negara setara. NIM Indonesia jauh di atas Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Filipina.

Kondisi itu berdampak negatif pada tabungan, investasi dan penyaluran pinjaman bank di dalam negeri. Sebagai bukti, kredit swasta per PDB di Indonesia tak sampai 50 persen, jauh dibandingkan Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Singapura. Mereka di atas 100 persen PDB.

"Banyak faktor, termasuk kurangnya persaingan, kelemahan dalam lingkungan kelembagaan, dan inefisiensi operasional dapat berkontribusi pada intermediasi lemah yang teramati," tulis Bank Dunia. Konsekuensinya, sektor keuangan di Tanah Air masih sangat berisiko terpapar risiko global.

Karena ukuran investor institusional di Indonesia kurang dari 20 persen PDB, jauh dibandingkan Malaysia dan Singapura, masing-masing, 80 persen dan 140 persen. Sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap investor asing dan tingginya volatilitas jika terjadi tekanan eksternal.

(*)

Bagikan
Exit mobile version