Heboh Rivalitas Reuni Ansar-Rudi: Lulusan Karimun-Pinang Kuasai Kepala Daerah!
angkaberita.id - Berbeda dengan legislatif, seluruh kepala daerah di Kepri merupakan lulusan sekolah menengah tingkat atas di Bumi Segantang Lada. Meskipun, kemudian, di jenjang pendidikan tinggi mereka berkuliah di luar Kepri. Dari delapan kepala daerah di Bumi Segantang Lada, termasuk Pemprov Kepri, lulusan Tanjungpinang dan Karimun bersaing.
Keduanya, masing-masing, mendudukkan dua lulusan sekolahnya ke kursi kepala daerah. Yakni, Walikota Batam dan Gubernur Kepri serta Walikota Tanjungpinang dan Bupati Karimun. Muhammad Rudi lulusan SMAN 1 Tanjungpinang. Ansar Ahmad tamatan SMAN 2 Tanjungpinang.
Sedangkan Rahma alumnus MAN Tanjung Batu, Karimun, dan Aunur Rafiq lulusan SMAN 3 Karimun. Bagaimana dengan kepala daerah lainnya? Wan Siswadi, Bupati Natuna lulusan SMAN Ranai. Begitu juga dengan Muhammad Nizar, dia tamatan SMAN Lingga di Daik. Pun, Abdul Haris Bupati Anambas menamatkan SMA di Tarempa.
Hanya Roby Kurniawan, Bupati Bintan, bukan jebolan sekolah di Kepri. Dia tamatan Sekolah Internasional Islam. Kalau di Tanah Air, kampusnya di Bekasi. Praktis, dengan kondisi itu, kepala daerah di Kepri saat ini, sepenuhnya lulusan sekolah lokal. SMAN 1 Tanjungpinang, sebagai sekolah tertua di Kepri, sejak Tanjungpinang menjadi ibukota Provinsi Riau, tercatat paling banyak melahirkan lulusan berakhir kepala daerah di Bumi Segantang Lada.
Selain Rudi, juga tercatat nama Suryatati A. Manan dan Hamid Rizal, masing-masing, Walikota Tanjungpinang dan Bupati Natuna. Wajar, untuk sebagian, reuni bersamaan SMAN 1 dan SMAN 2 Tanjungpinang, Sabtu (14/5/2022), heboh dan terbawa-bawa ke rivalitas 2024 menyusul pecah kongsi dua lulusan paling berpengaruh di Kepri, Walikota Batam dan Gubernur Kepri, selepas Pilgub 2020.
Apalagi, disebut-sebut, tak sedikit lulusan kedua sekolah tadi mendominasi ASN di Kepri, menjadi birokrat dan pejabat di sebagian besar Pemko/Pemkab se-Bumi Segantang Lada. Jejaring dan koneksi, telah menjadi rahasia umum, suatu kelaziman dalam rekrutmen birokrasi di Kepri.
Koneksi tadi, untuk sebagian, bisa berupa latar belakang sekolah (alumni), kesamaan daerah asal, atau rekan ngopi bersama. Praktik serupa juga tak hanya di Kepri, bahkan di level Kementerian. Ujungnya, seperti disentil Menkeu Sri Mulyani, urusan makan siang juga berdasarkan klik dan kedekatan tertentu.
Kabar baiknya, panitia kedua reuni tadi mengklaim, kegiatan semata menjalin tali silaturahim, dan tak ada urusan gengsi rivalitas. Pendeknya, kangen-kangenan sembari bernostalgia mengenang masa sekolah, sembari sawang sinawang kondisi sekarang, demi kemajuan sekolah masing-masing. Meskipun, bukan mustahil, terdapat lulusan kedua sekolah itu juga berakhir menjadi pengangguran!
(*)