Fri. Apr 19th, 2024

angkaberita.id

Situs Berita Generasi Bahagia

Bukan Nongsa Atau Lagoi, Wisman Singapura Kangen Ayam Penyet-Nasi Padang?

3 min read

wisman singapura setibanya di pelabuhan nongsa pura, batam, bagian plesiran skema travel bubble, rabu (23/2/2022)/foto via batamnews.com

Bukan Nongsa Atau Lagoi, Wisman Singapura Kangen Ayam Penyet-Nasi Padang?

angkaberita.id - Kendati hitungan jari, termasuk di antaranya kalangan travel agent, Gubernur Ansar tetap antusias menyambut kedatangan pelancong Singapura ke Nongsa melalui skema travel bubble, Rabu (23/2/2022). Sebagian di antara mereka mengaku kangen ayam penyet dan nasi padang.

Selebihnya, 26 orang dari sedianya 28 WN Singapura bakal menginap di Nongsa selama tiga hari dua malam, sebelum pulang, Jumat (25/2/2022) sekaligus menjadi rombongan pertama feri Kepri ke Singapura lewat skema vaccinated travel lane alias VTL. "Saya rindu makan ayam penyet," ungkap Jason Tay, setelah hampir dua tahun Kepri-Singapura tutup pintu wisata.

Haris Latif, Perwakilan Visit Indonesia Tourism Officer di Singapura mengaku, sebagian pelancong datang memang dari kalangan travel agent di Singapura. "Ini adalah awal, beberapa yang kami bawa adalah travel agent. Artinya, setelah pulang dari Batam nanti akan kami sampaikan bahwa Batam aman untuk dikunjungi," ungkap Haris, seperti dilansir gokepri, Rabu.

Sebelumnya, Gubernur Ansar menganggarkan Rp 2 miliar di tahun 2022 bagi kepentingan pariwisata, termasuk famtrip ke Kepri. Kadispar Kepri, Buralimar, dalam sejumlah kesempatan, demi memastikan travel bubble mengena di Singapura, tahap awal berencana mendatangkan kalangan travel agent sebelum menggeber promosi ke Negeri Singa.

Nah, kedatangan mereka, untuk sebagian, menjadi pengobat rindu setelah hampir dua tahun menunggu sejak Presiden Jokowi mengumumkan COVID-19 menjadi pandemi di Tanah Air per Maret 2020, dan sejak itu menutup gerbang perbatasan ke luar negeri menekan wabah, kini telah bermutasi menjadi varian, termasuk Omicron.

Sebab, setelah beberapa kali tertunda sejak April tahun lalu, harapan mencuat saat Jakarta mengizinkan Kepri membuka pintu travel bubble per 14 Oktober 2021. Terakhir, travel bubble dengan skema tanpa karantina khusus WN Singapura per 24 Januari 2022, meskipun tetap nihil kunjungan. Baru setelah Singapura, secara sepihak, menerapkan VTL jalur laut ke Tanah Air lewat Nongsa-Batam, sinyal kedatangan pelancong terasa.

Alasannya sederhana, untuk sebagian, agar WN Singapura plesiran ke Kepri tak perlu pulang lewat Jakarta, dan supaya feri terjadwal travel bubble tak berubah, meminjam istilah penerbangan, menjadi "ghost flight"!

Lobi VTL Kepri

Terpisah, Gubernur Ansar, pelan-pelan, mendorong pemerintah menerapkan kebijakan serupa, VTL. Tahap awal, Ansar berencana melobi VTL Batam-Bintan. “Kalau bisa ke depan kita bisa memberlakukan (kebijakan) sama,” kata Ansar. Meskipun ke situ, memang, diperlukan pembahasan lebih lanjut. Itu, untuk sebagian, tak semudah keinginan Asman Abnur, anggota DPR dari Kepri.

Sebab, Jakarta baru mengizinkan Kepri dan Bali travel bubble, dan skema bubbling beda dengan VTL, termasuk persyaratannya. “Itu perlu evaluasi dulu. Nanti kita usulkan ke pemerintah pusat, kalau kegiatan pariwisata dari Singapura ke Kepri aman terkendali,” janji Ansar. Kadispar Kepri, Buralimar mengamini keinginan sang bos.

“Kami minta pemerintah pusat menerapkan VTL, jadi sama-sama VTL dengan Singapura, resiprokal. Timbal balik,” kata Buralimar. Saat ini, skema VTL Singapura jalur laut lewat Nongsa-Lagoi, masih menerapkan kuota. Yakni, 700 WNI per pekannya, terbagi sama besar di Nongsa dan Lagoi, alias per hari 50 plesiran ke Negeri Singa, termasuk dengan dalih kunjungan keluarga. Sedangkan skema travel bubble, disebut-sebut, menargetkan 500 kunjungan WN Singapura per harinya.

Dari Jakarta, Menko Luhut Pandjaitan menegaskan pemerintah tak akan latah, meskipun Singapura membuka pintunya, dengan ikut juga membuka lebar pintu Tanah Air. Kendati sejumlah negara seperti Inggris, Jerman, Austria dan sebagainya bersiap ke fase endemi dari pandemi, pemerintah akan melakukannya secara bertahap setelah terpenuhi seluruh prasyarata WHO, seperti tuntasnya vaksinasi COVID-19 dan kesanggupanan kapasitas kesehatan.

(*)

Bagikan