angkaberita.id

Pendapatan Per Kapita Orang Indonesia Naik. Siapa Kaya?

benarkah pandemi covid-19 merupakan wabah perkotaan?/foto ilustrasi virus corona via kompas.com

seorang nakes mengambil sampel lendir warga bagi kepentingan pcr test/foto net

Pendapatan Per Kapita Orang Indonesia Naik. Siapa Kaya?

angkaberita.id - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data mengejutkan. Kendati pandemi COVID-19 hampir dua tahun terakhir, pendaptan rata-rata penduduk di Tanah Air sepanjang 2021 justru meningkat. Bahkan, dibanding posisi sebelum pandemi COVID-19 sejak 2020.

Seperti dilansir Katadata mengutip data BPS, Senin (7/2/2022), rata-rata pendapatan penduduk Indonesia tahun 2021 mencapai Rp 62,2 juta, meningkat dibanding tahun 2020 sebesar Rp 57,73 juta. Kenaikan pendapatan, tulis BPS sejalan dengan perekonomian tumbuh 3,69 persen pada tahun lalu.

"Pendapatan per kapita penduduk Indonesia pada tahun lalu setara dengan USD 4.349,5," kata Margo Yuwono, Kepala BPS, Senin. Berdasar data tadi, angka PDB per kapita pada tahun lalu juga telah melampaui level sebelum pandemi 2019 yang mencapai Rp 59,3 juta. BPS, bahkan mencatat, kecuali tahun 2020 pertumbuhan pendapatan per kapita di Tanah Air menunjukkan tren kenaikan secara konsisten selama 10 tahun terakhir.

Saat itu, Margo menjelaskan, PDB per kapita Indonesia turun dari Rp 59,3 juta menjadi Rp 57,3 juta. Dia menjelaskan, perekonomian Indonesia sepanjang tahun lalu tumbuh 3,96 persen, jauh membaik dibandingkan tahun 2020, kontraksi 2,07 persen. Berkah pandemi? Margo hanya menyodorkan data.

Sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial mencapai 10,46 persen. Meski demikian, lapang usaha lainnya juga mencatatkan pertumbuhan positif, seperti pengadaan listrik dan gas tumbuh 5,55 persen. Kemudian pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang 4,97 persen.

Lanjut penyediaan akomodasi makanan dan minuman 3,89 persern, real estate 2,78 persen, jasa lainnya 2,12 persen, jasa perusahaan 0,73 persen, jasa pendidikan 0,11 persen. Sedangkan administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib hanya tumbuh 0,33 persen.

Sisi pengeluaran, menurut Margo, seluruh komponen tumbuh positif, dan tertinggi pada komponen ekspor barang dan jasa mencapai 24,04 persen. Lalu impor 23,31 persen. Sedangkan konsumsi rumah tangga tumbuh 2,2 persen, konsumsi LNPRT (Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga) 1,59 persen.

Konsumsi pemerintah 4,17 persen, pembentukan modal tetap bruto 3,8 persen. Hanya saja, kontribusi terbesar terkonsentrasi di Jawa. "Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2021 didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi ekonomi 57,89 persen dan kinerja ekonomi mengalami pertumbuhan 3,66 persen," papar Margo.

Kendati Margo tak menjelaskan, untuk sebagian, pandemi COVID-19 berkontribusi lewat usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Artinya, sektor kesehatan dan Bansos. Keduanya tak kecil di anggaran. Kabar baiknya, ekonomi sirkular juga mulai berkontribusi. Begitu juga dengan sektor energi.

Sedangkan konsumsi, sebagian besar masih belanja pemerintah. Secara global, pandemi COVID-19 juga, ironisnya, melahirkan banyak jutawan baru, dan meloncatkan jutawan menjadi miliarder di dunia, termasuk di Tanah Air.

(*)

Bagikan
Exit mobile version