Melongok Pertashop Di Bintan, Emas Hitam Di Bumi Segantang Lada
Kendati menjadi ikon wisata di Kepri, Bintan perlahan mulai melabuhkan ikhtiar ekonomi ke penyediaan BBM di sekujur perdesaan. Jalan Lintas Barat menjadi saksi bisu peralihan itu, dengan hadirnya Pertashop di jalur penghubung Tanjungpinang ke Batam. Bersama puluhan lainnya di Pinang-Bintan, Pertashop menjadi emas hitam di Bumi Segantang Lada
Setiap ke Batam, kini Bino tak dag dig dug lagi. Dia juga tak perlu pagi-pagi mengantre ke SPBU di Tanjungpinang demi mengisi penuh kuda besinya. Sebab, di Jalan Lintas Barat jalur dia setiap bertolak ke Batam menumpang kapal roro di Pelabuhan Tanjung Uban sudah ada SPBU. Kian redam dag dig dug jantungnya setelah kini juga hadir Pertashop di jalur itu.
Sehingga pilihan mengisi BBM menjadi lebih banyak. “Biasanya sampai di Batam, kita isi BBM di sana,” ujar pengusaha developer perumahan di Tanjungpinang, belum lama ini. Kendati baru akan beroperasi di pekan ketiga bulan November, hadirnya Pertashop di jalur penghubung itu menjadi kabar gembira bagi warga Tanjungpinang, terutama mereka biasa beraktivitas pergi pulang ke Batam.
Apalagi, dua Pertashop lebih dulu beroperasi di Bintan juga berlokasi di jalur penghubung Pinang ke Bintan lainnya, yakni Jalur Lintas Timur, persisnya di Jalan Gesek, Toapaya dan Desa Sri Bintan di Teluk Sebong. Sebelum dibangun Jalur Lintas Barat, jalur itu merupakan jalur terpadat sekaligus urat nadi utama dari Kijang ke Tanjung Uban, titik selatan ke ujung utara Pulau Bintan dengan melewati Tanjungpinang.
Saat masih Kabupaten Kepri, dengan wilayah administrasi sekujur Pulau Bintan dan pulau di sekitarnya, Tanjung Uban dan Tanjungpinang merupakan dua dari tiga penjuru perekonomian sekaligus pusat kehidupan di kabupaten seberang lautan Provinsi Riau. Kijang, lokasi PT Aneka Tambang (Antam) menjadi penjuru ketiga. PT Antam menambang bauksit, mineral pertambangan di Pulau Bintan.
Madu ekonomi industri ekstraksi itu mengalir ke sekujur Kepri melalui Tanjungpinang, Tanjung Uban dan Kijang sekaligus membentuk segitiga pertumbuhan penduduk. Setelah Kepri mekar menjadi provinsi di awal 2000-an, kecuali Tanjung Uban keduanya menjadi daerah otonomi. Kabupaten Bintan dengan ibukota di Kijang dan Kota Tanjungpinang dengan ibukota sama.
Terakhir, Tanjungpinang menjadi ibukota Provinsi Kepri, dan Bintan Bunyu menjadi lokasi baru ibukota Bintan karena lokasinya di tengah antara Kijang dan Tanjung Uban. Kini Provinsi Kepri terdiri tujuh kabupaten/kota dengan tiga pulau utama, yakni Pulau Batam, Pulau Bintan dan Pulau Karimun.
Secara administratif di tiga pulau itu terdapat empat kabupaten/kota dan lima pemerintahan, yakni Pemkab Karimun di Pulau Karimun, Pemko Batam di Pulau Batam, dan tiga pemerintahan sekaligus di Pulau Bintan, yakni Pemko Tanjungpinang dan Pemkab Bintan serta Pemprov Kepri.
Sedangkan tiga kabupaten lainnya, yakni Kabupaten Anambas, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga. Kabupaten Anambas merupakan pemekaran dari Natuna dan Lingga dari Kabupaten Bintan. Beda dengan Pinang-Bintan, Natuna dan Anambas dikenal daerah penghasil migas karena ditemukan ladang migas di lepas pantai kedua kabupaten tapal batas utara Kepri itu.
BBM Kronis
Beda dengan daerah lainnya, soal BBM di Kepri terbilang sensitif. Praktik-praktik penyimpangan BBM sempat menjadi pemberitaan utama. Lokasi di tapal batas negeri rentan menjadi incaran spekulan pemburu selisih harga jual BBM. Bisa disebut situasinya, pada satu titik kronis, seperti juga keluhan kelangkaan BBM.
Soal terakhir, bahkan beberapa waktu terakhir sempat mencuat ke permukaan, meskipun berkali-kali BPH Migas menyatakan pasokan sesuai kuota dan kebutuhan. Kabar baiknya, beda dengan daerah lainnya, di Kepri konsumen terbilang tidak mempersoalkan harga, terpenting ada BBM. Selain jumlah SPBU terbatas, BBM juga menjadi pelumas mesin perekonomian.
Tak heran, sebelum mencuat femonena Pertamini, warga biasa mengandalkan BBM ke penjual eceran di tepian jalan. Dengan jarak antar daerah di Kepri, khususnya Bintan, satu sama lain jauh-jauh, kehabisan BBM di tengah jalan menjadi momok sendiri. Kabar baiknya, meskipun ilegal, praktik jual beli BBM eceran menjadi bisnis yang dimaklumi.
Pantauan di lapangan, SPBU di Bintan terkonsentrasi di Tanjungpinang, dengan sebagian lainnya tersebar di Kijang dan Tanjung Uban. Sudah menjadi pemandangan umum, SPBU di Pinang-Bintan antrean mengular hingga ke ruas jalan. Peralihan Premiun ke Pertalite juga terbukti tak menyurutkan antrean.
Gold Rush
Tak heran, saat Pertamina menggandeng Kemendagri menggeber kebijakan Pertashop satu outlet satu desa, Pinang-Bintan paling tinggi animonya. “Saat ini, cukup tinggi peminat (Pertashop) di Bintan dan Pinang,” ungkap Faizal Imaduddin, Sales Area Manager Kepri, Sabtu (30/10/2021).
Data di Pertamina, terdapat 28 dalam proses administrasi dan pendirian Pertashop. Jumlah itu, menurut Faizal, di luar empat Pertashop telah beroperasi. Yakni di Batam dan Bintan, msing-masing, dua outlet. Di Bintan, berlokasi di Jalan Gesek dan Desa Sri Bintan. Pertashop di Desa Sri Bintan berlokasi ke akses utama Tanjungpinang ke Lagoi, kawasan wisata Bintan.
Tak hanya Pertamax, sebagian di antaranya bersiap menyediakan Dex khusus kendaraan berbahan bakar solar. “Di Bintan, Pertashop Dexlite dalam proses,” kata Faizal sembari menyebut lokasi dekat jembatan satu di Jalur Lintas Barat di Bintan. Reiza, Sales Branch Manager Pertamina Pinang-Bintan menambahkan, khusus Pertashop selain Batam dan Bintan, juga disiapkan ke Tanjungpinang dan Lingga.
“(Di Bintan) November minggu ketiga (beroperasi),” kata Reiza, Jumat (29/10/2021). Khusus di Pinang-Bintan, menurut dia, tercatat 22 dalam proses administrasi dan pendirian, termasuk di Dompak sekaligus lokasi pusat pemerintahan Pemprov Kepri. Keseluruhan Kepri, Faizal menambahkan, kuota sebanyak 140 titik dan tersebar di tujuh kabupaten/kota.
Selain sektor swasta, peminat Pertashop di Kepri justru dari BUMDes. Kepala Dinas PMD Dukcapil Kepri, Sardison mengonfirmasi kabar itu. Tercatat ada 30-an BUMDes mengajukan, sebagian besar dari Lingga. “Saat ini dalam proses penjajakan dan sosialisasi,” kata Sardison, Jumat (29/10/2021).
Meski demikian, sejumlah BUMDes juga berusaha mengukur diri. Di Sri Bintan semisal, Jumiran Kades setempat mengungkapkan, karena satu dan pertimbangan lain BUMDes belum menggarap Pertashop. Justru pihak ketiga akhirnya mengambil kesempatan itu. “Padahal Pertamina telah empat kali bolak balik survei ke sini,” kata dia, Sabtu (30/10/2021).
Sejak tahun 2020, Pertamina di tangan Dirut Nicke Widyawati menggeber Pertashop ke sekujur negeri. Pertamina menggandeng Kemendagri dengan meminta dukungan perizinan Pertashop di perdesaan. Mendagri Tito Karnavian mengeluarkan surat edaran ke kepala daerah. Intinya, mereka membantu memudahkan desa mendirikan Pertashop demi pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Sardison mengamini kabar itu. Pihaknya, terutama di Pemkab memang sebatas memfasilitasi perizinan pendirian. Soal lain, semisal penyediaan lahan Pertashop, menjadi urusan calon investor Pertashop, kalau BUMDes berarti pihak desa bersangkutan. Terpisah, Ronny Kartika Kepala Dinas PMD dan Desa Kabupaten Bintan mengonfirmasi instruksi itu.
Di Bintan, kata Ronny, pihaknya mendorong desa menjajaki peluang Pertashop. “Sambil konsolidasi dan penguatan koordinasi,” ujar Ronny, Sabtu (30/10/2021) membeberkan dukungan perizinan ke desa. Ketua BUMDes Mitra Perdana di Teluk Sasah, Bintan tak menampik itu.
Desa Teluk Sasah merupakan satu dari puluhan BUMDes bersiap menggarap Pertashop sebagai lini usaha mereka. “Kita sedang bereskan perizinan,” kata Adi, Sabtu (30/10/2021). Sinergi berjenjang itu, untuk sebagian, bertujuan menangkap peluang bisnis padat modal tapi cepat balik modal, setelah Pertamina memberi lampu hijau.
Pertamina sendiri, seperti diamanatkan UU Energi, berkepentingan memastikan dua ikhwal. Yakni, seperti perintah UU, menjaga ketahanan energi dan memudahkan akses warga ke BBM. Penetrasi Pertashop menjadi strategi inisiatif Pertamina menerjemahkan mandat negara itu sekaligus membangkitkan perekonomian di perdesaan sekujur negeri di masa pandemi, termasuk di Kepri.
Selain cepat balik modal, ibarat kisah gold rush alias perburuan tambang emas, Pertashop juga keniscayaan di Kepri saat kebutuhan tinggi sedangkan jumlah SPBU terbatas, dengan jarak satu sama lain berjauhan. Bedanya, Pertashop merupakan emas hitam seperti juga migas itu sendiri. “Dalam sehari rata-rata habis 200 liter,” ungkap Petugas Pertashop di Jalan Gesek, Sabtu (30/10/2021).
Sejak tiga bulan beroperasi, selalu saja datang pembeli meskipun baru menyediakan Pertamax. Bahkan, pernah dalam hitungan sepekan meminta pasokan baru. Berbeda dengan SPBU satu harga, Pertashop memang hanya menyediakan BBM non subsidi. Dan, kini Bino tak pusing lagi harus mengisi BBM jika hendak ke Batam melalui jalur manapun, karena ke depan belasan Pertashop bersiaga di tepian jalan. (*)