Resesi Seksual Di Singapura, Survei: Akibat Perempuan Susah Orgasme!
angkaberita.id - Laporan Channel News Asia (CNA) mengutip hasil penelitian terbaru lembaga medis di Singapura, terungkap resesi seksual di Negeri Singa akibat kian banyak perempuan di sana mengaku tak lagi merasakan orgasme.
Seperti dilansir CNBC Indonesia, studi oleh Rumah Sakit Wanita dan Anak KK (KKH) mengungkapkan, hampir 60 persen perempuan di Singapura disurvei mengaku mengalami disfungsi seksual rendah. Konsekuensinya, terjadi penurunan peluang hamil dalam setahun sebesar 27 persen.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,6 persen wanita Asia di Singapura menunjukkan skor kurang dari 22. Ini menunjukkan mereka berisiko mengalami disfungsi seksual," ungkap penelitian itu. Kondisi itu dikaitkan kurang bergairahnya perempuan di Singapura berhubungan intim. Rerata mengaku mengalami pengalaman tak menyenangkan atau sulit merasakan momen keintiman.
Tekanan psikologis, disebut-disebut, juga memicu ketidakseimbangan hormon mereka. Sehingga mengganggu ovulasi, dengan sendirinya berdampak pada kehamilan tertunda secara alami. "Di antara enam item gangguan seksual yang diperiksa, hasrat seksual yang rendah dan jarang mencapai orgasme lebih sering dilaporkan pada wanita ini," tulis laporan itu.
Disfungsi seksual paling umum ialah vaginismus. Kondisi itu mempengaruhi hubungan seksual serta perawatan ginekologi dan kesuburan. Bahkan, Klinik Kesehatan Seksual di KKH mencatat 100 kasus baru vaginismus, melonjak 60 persen dibanding tahun 2017. Dr Kelly Loi, spesialis kandungan di Mount Elizabeth Fertility Centre, vaginismus menjadi masalah serius pasangan di Singapura.
"Dengan dispareunia, seks mungkin dilakukan tetapi menyakitkan dan tidak nyaman. Namun, dengan vaginismus, seks penetrasi sama sekali tidak mungkin karena ada ketakutan psikologis akan rasa sakit," kata Dr Loi. Berdasarkan catatan otoritas Singapura, angka pernikahan di Negeri Singa terendah sejak 1986, yakni 19.430 pernikahan. Pandemi menjadi pemicunya, terutama kekhawatiran ekonomi.
(*)