COVID-19: Dua Indikasi Pandemi Ke Endemi, Kepri Masuk Mana?

presiden jokowi memberikan pengarahan ke gubernur ansar ahmad saat kunjungan ke kepri, rabu (19/5/2021)/foto ist via kumparan.com

COVID-19: Dua Indikasi Pandemi Ke Endemi, Kepri Masuk Mana?

angkaberita.id - Sejumlah negara bersiap hidup dengan COVID-19. Bahkan, sejumlah pakar kesehatan dunia sampai pada kesimpulan, COVID-19 bakal menjadi endemi. Setidaknya ada tiga indikasi ke simpulan itu. Yakni, sebaran dan prevalensi serta tingkat kematian kasus COVID-19. Bagaimana di Kepri?

Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Hariadi Wibisono menjelaskan, pandemi merupakan wabah penyakit dengan serangan luas ke sejumlah negara dengan indikasi jumlah peningkatan kasus dan kematian. Sedangkan endemi, kata Hariadi, situasi suatu penyakit selalu ada, meskipun tak banyak dan tidak meningkat (prevalensi).

Karenanya, penanganan endemi dan pandemi berbeda. "Pandemi berubah jadi endemi bila penanganan kasus cukup berhasil menekan jumlah kasus, namun tidak sampai habis sehingga masih ada kasus yang bersifat konstan dan sporadis," kata Hariadi, seperti dilansir CNBC Indonesia mengutip keterangan resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sabtu (18/09/2021).

Hanya, kata Hariadi, jika endemi tak diawasi dengan surveilans memadai, akan berisiko memicu peningkatan kasus tak terpantau. Jika dibiarkan kondisinya terus meningkat, endemi berubah menjadi epidemi alias wabah. Presiden Jokowi dalam satu kesempatan di Yogyakarta, menegaskan pentingnya pemahaman itu.

Dia meminta masyarakat memulai proses transisi dari pandemi ke endemi. Kata Jokowi, COVID-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat. Masyarakat harus siap hidup berdampingan dengan virus itu. "Kita harus mulai belajar hidup bersama dengan COVID-19," kata Jokowi. Bagaimana dengan Kepri?

Jika merujuk kondisi terakhir di Kepri, dengan sejumlah indikasi epidemiologis termasuk angka kematian cenderung menurun petambahannya dibandingkan di awal pandemi, boleh jadi warga di Bumi Segantang Lada harus bersiap dengan gambaran Presiden Jokowi. Status PPKM kini diterapkan di Tanah Air, termasuk di Kepri, untuk sebagian, juga menjadi indikasi ke situ.

Kepala Dinkes Karimun mengamini penafsiran itu. Risiko sedang atau rendah, istilah zonasi orange atau hijau, suatu daerah terlihat dari prevalensi kasus baru dan angka kematian. Karimun sejauh ini, masih zonasi orange karena angka kematian masih tergolong tinggi.

Dalam laporan harian Satgas COVID-19 setempat, seperti dikutip Batamnews, angka kematian selalu dilaporkan. Meski demikian, penentuan level zonasi sepenuhnya wewenang Satgas COVID-19 Pusat. "Memang kita sempat di zona kuning, dan naik lagi ke zona orange," kata Kepala Dinkes Karimun, Rachmadi. "Angka kematian kita di Karimun, tidak bisa menurun secara signifikan," imbuhnya, Kamis (16/9/2021).

Kondisi berbeda justru terpantau di Batam. Dalam beberapa hari terakhir, tidak ada laporan kasus kematian akibat COVID-19. Secara umum, COVID-19 di Kepri melandai. Indikasinya kasus aktif terus menurun, pasien sembuh bertambah dan BOR bertahan di bawah 50 persen. Begitu juga dengan angka penularan kasus (positivity rate) juga terus menurun.

Sebagian malah berada di level "lampu hijau" WHO, yakni 5 persen. Kepri bersiap menunggu penetapan level PPKM dari pusat. PPKM Level 3 Kepri terakhir diperpanjang hingga 20 September 2021. Dengan capaian vaksinasi di atas 70 persen, Kepri seperti memberikan sinyal ke pusat soal PPKM itu. (*)

Bagikan