angkaberita.id

Bukan PPKM Darurat, Kenapa (Kepri) Kini Suhu Malam Hari Terasa Lebih Dingin?

ilustrasi kedinginan via liputan6.com

matahari tengah berada pada titik terjauh dari bumi alias aphelion/foto shutterstock/jose l stephens via kompas.com

Bukan PPKM Darurat, Kenapa (Kepri) Kini Suhu Malam Hari Terasa Lebih Dingin?

courtesy by medcom.id

angkaberita.id – Kenapa beberapa hari terakhir suhu di malam hari, termasuk di Kepri, terasa lebih dingin dari biasanya? Sejumlah kalangan mengkaitkannya dengan fenomena aphelion, alias matahari berada pada jarak terjauh dari bumi. Benarkah?

Seperti aphelion, kondisi suhu lebih dingin merupakan fenomena alamiah dan biasa terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, sekitar Juli-September. BMKG, seperti dikutip Bisnis.com, menyebutnya fenomena bediding. Kondisi itu terjadi karena wilayah Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau.

Penandanya pergerakan angin dominan dari arah Timur, berasal dari Australia. Di Negeri Kanguru, BMKG mengatakan tengah terjadi periode musim dingin. Nah, sifat dari massa udara di Australia tadi dingin dan kering. Adanya pola tekanan udara relatif tinggi di Australia mengakibatkan pergerakan massa udara ke Indonesia.

Istilahnya moonsoon dingin Australia. Angin monsun Australia tadi bertiup menuju wilayah Indonesia melewati Samudera Indonesia. Suhu permukaan lautan lepas di selatan Indonesia itu relatif lebih dingin. Akibatnya sejumlah wilayah di Tanah Air, terutama bagian selaran khatulistiwa seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara kondisinya terasa lebih dingin.

courtesy by lapan_ri via kabarlumajang.pikiran-rakyat.com

"Berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT terlihat cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir, juga disertai berkurangnya kandungan uap air di atmosfer," papar BMKG di akun instagram mereka.

Secara fisis, tulis BKMG, uap air dan air merupakan zat cukup efektif menyimpan enegeri panas. Sehingga rendahnya kandungan uap di atmosfer menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Sedangkan energi yang digunakan meningkatkan suhu di atmosfer pada lapisan udara dekat permukaan bumi tidak signifikan. "Ini menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan," jelas BMKG. Selain itu, kandungan air dalam tanah menipis dan uap air di udara sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.

(*)

Bagikan
Exit mobile version