COVID-19: Dinkes Batam Pertimbangkan Sisir Pasien Komorbid, Kenapa?
angkaberita.id - Selain belum tervaksinasi, Dinkes Batam memastikan sebagian besar pasien COVID-19 meninggal beberapa waktu terakhir, memiliki riwayat penyakit penyerta alias Komorbid. Dinkes berencana memetakan pasien COVID-19 Komorbid.
"Umumnya (pasien berkomorbid), iya," ungkap Didi Kusmarjadi, Kepala Dinkes Batam, Senin (31/5/2021) melalui pesan WA. Namun dia memastikan, seluruh pasien dimaksud belum pernah divaksinasi. Riwayat Komorbidnya, Didi mengungkapkan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Selain penyakit itu, menurut Didi, riwayat Komorbid lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Apakah ada datanya? "Kita list dulu," janji Didi ditanya soal jenis Komorbid dan persentase pada pasien COVID-19 meninggal dunia dua bulan terakhir.
Disinggung soal upaya khusus Dinkes melacak pasien COVID-19 dengan Komorbid, mengantisipasi lonjakan CFR di Batam, Didi tidak menjawab detail." Ntar kita petakan," kelit Didi. Selain melonjak kasusnya, berdasarkan data, angka kematian pasien COVID-19 di Batam bertambah.
Bahkan, pada 30 Mei lalu, tercatat sebanyak 11 pasien meninggal sekaligus tertinggi selama beberapa waktu terakhir. Begitu juga dengan penambahan kasus harian, per 29 Mei tercatat 201 kasus baru. Kepri sendiri pernah mencatatkan dalam sehari penambahan 401 kasus baru sekaligus tertinggi di Bumi Segantang Lada selama 14 bulan pandemi di Tanah Air.
Khusus angka kematian COVID-19 (CFR), per April 2021, Satgas COVID-19 mengonfirmasi sebagian besar Lansia. Dari 244 pasien meninggal, sebanyak 47,3 persen Lansia. "Dari data, Lansia rentan tertular COVI-19, dan paling banyak meninggal dunia," ungkap Arif Fadillah, Ketua Satgas COVID-19 Kepri. Karena itu, Sekdaprov Kepri memprioritaskan vaksinasi Lansia di Bumi Segantang Lada.
Kondisi itu seperti mengonfirmasi riset di awal pandemi. Yakni, pria dan Lansia rentan serangan COVID-19. Sedangkan pasien Komorbid berisiko meningkatkan CFR atau fatality rate dalam serangan infeksi virus corona itu. Sebab, berdasarkan riset lainnya, perempuan cenderung secara hormonal, melawan serangan COVID-19. (*)