angkaberita.id

Lobi Investor Jembatan Babin Di Singapura Andalkan Mantan Bos Media. Siapa?

ilustrasi jembatan batam bintan/foto dok kementerian pupr via cnbcindonesia.com

Lobi Investor Jembatan Babin Di Singapura Andalkan Mantan Bos Media. Siapa?

angkaberita.id – Kendati belum terungkap calon investor serius proyek Jembatan Batam-Bintan (Babin), bukan berarti tak ada penjajakan kepada calon pendana dalam proyek berskala triliunan rupiah di Kepri itu. Di Singapura, mantan bos media ternama di Tanah Air bahkan turun melobi sejumlah calon investor di sana.

Kabar terakhir, seperti dilansir CNBC Indonesia, sejumlah pendana di Negeri Singa minat berinvestasi ke proyek berskema KPBU alias kerjasama pemerintah dan swasta. Lobi pendanaan sendiri terjadi pada Maret lalu, saat pembahasan penguatan kerjasama ekonomi bilateral Indonesia-Singapura.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Deputi PM Heng Swee Keat memimpin pertemuan tinggi secara virtual itu. Hadir juga Dubes Singapura Anil Kumar Nayar dan Suryopratomo, Dubes Indonesia di Singapura. Tommy, sapaan akrab Suryapratomo, sebelum menjadi Dubes merupakan petinggi media di Tanah Air.

Sebelum berhijrah ke MetroTV, dia merupakan Pemred Harian Kompas. Di MetroTV, dia kerap memandu acara dialog ekonomi dan isu strategis lainnya. Nah, dalam pertemuan di tengah kabar gembira Singapura segera lepas dari resesi itu, secara khusus pertemuan membahas soal “jembatan”, termasuk Jembatan Babin.

Sedangkan jembatan lainnya, ialah pembukaan pintu gerbang pariwisata Kepri dan Singapura, meski belakangan lonjakan pandemi COVID-19 di Bumi Segantang Lada, khususnya Batam dan Tanjungpinang membatalkan rencana pembukaan Nongsa Batam dan Lagoi Bintan pada 21 April lalu, menjadi dua tiga bulan ke depan.

Ada tiga isu “jembatan” menjadi bahasan, proyek KEK Nongsa Digital Park menjadi jembatan ketiga. Kecuali Jembatan Babin, Singapura terbilang serius berinvestasi ke KEK Nongsa dan pariwisata Kepri. KEK Nongsa diharapkan menjadi ceruk baru pemodal industri teknologi di Negeri Singapura berekspansi atau merintis perusahaan start up.

Di Nongsa dan Lagoi, sudah menjadi rahasia umum, pemodal utamanya investor dari Singapura. Kepri sendiri, di sektor pariwisata, memang mengandalkan kunjungan dari Negeri Merlion itu. Begitu juga Jembatan Babin, isu pembangunan menguat seiring perluasan terminal 5 Bandara Changi.

Tiru Skema Bandara Hang Nadim

Demi meyakinkan calon investor, pemerintah berjanji menanggung 30 persenya pendanaan Jembatan Babin, khususnya pembangunan jembatan dari Batam ke Tanjung Sauh, sekaligus menopang akses rencana pembangunan terminal peti kemas skala internasional di situ dan shelter industri di kawasan Bintan.

Istilah Kementerian PUPR, biar secara ekonomi proyeknya masuk di hitungan bisnis (economically feasible). Selain sepertiga pendanaan, pemerintah juga mengubah skema jembatan menjadi jalur tol demi memastikan adanya imbal balik ke investor.

Sekilas, proyek Bandara Hang Nadim di Batam agaknya menjadi skema KPBU diharapkan calon pemodal. Dengan model BOT (Bangun, Kelola, Serahkan), pemodal selama jangka waktu tertentu bakal mengoperasikan dan memungut tol hingga mereka mendapatkan margin dari investasinya.

Lobi dan diskusi soal “margin” itu diyakini menjadi tarik ulur lobi pembahasan selama ini. Terbukti, jembatan akan dilebarkan dari desain awal serta terbagi dalam dua jembatan. Yakni, Jembatan Batam-Tanjung Sauh dan Jembatan Tanjung Sauh-Bintan.

Porsi pembiayaan, pemerintah melalui APBN menanggung pembangunanan jembatan Batam ke Tanjung Sauh. Tanjung Saauh ke Bintan dibangun investor dengan proses lelang.

“Jembatan Batam ke Tanjung Sauh sekitar 2.000 meter dan Tanjung Sauh ke Bintan 5.000 meter, jadi total panjangnya sekitar 7.000 meter,” kata Direktur Pembangunan Jembatan, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Yudha Handita Pandjiriawan.

Dengan pelebaran jembatan, asumsinya jumlah kendaraan bermotor melewati bakal lebih banyak. Jika dikalikan dengan estimasi volume kendaraannya dapat menjadi angka penghitung waktu balik modal.

Di Bandara Hang Nadim, konsorsium Korsel dan BUMN memenangi tender dengan nilai proyek hampir Rp 7 triliun, dan harus tuntas pada tahun 2024 pembangunannya karena Presiden Jokowi tak ingin ada proyek fisik di tahun politik itu.

“Bapak Menteri PUPR dan Bapak Presiden berharap tahun 2024 tidak ada pembangunan fisik. Itu menjadi concern kami, maka targetnya sebelum 2024 jembatan ini sudah selesai,” ungkap Yuda.

Skenario serupa juga bakal diterapkan ke Jembatan Babin dengan biaya Rp 3-4 triliun, tuntas pada tahun 2024. Jika terealisasi, Jembatan Babin dengan panjang 7 kilometer, bukan hanya mengalahkan Jembatan Suramadu di Surabaya.

Namun juga Jembatan M. Sani di Dompak, Pinang, bakal menjadi jembatan terpanjang di Tanah Air sekaligus mencatatkan Kepri sebagai provinsi dengan dua jembatan terpanjang di Indonesia.

(*)

Bagikan
Exit mobile version