angkaberita.id

COVID-19: Simalakama Petugas Labkes Memeriksa Sampel Virus Corona. Bagaimana Kepri?

selain masalah peralatan pcr dan insentif covid-19, rendahnya rasio pengujian covid-19 di tanah air juga tidak merata di daerah-daerah, kondisi ini menempatkan petugas laboratorium kesehatan di simpang simalakamat/foto ilustrasi via tempo.co

COVID-19: Simalakama Petugas Labkes Memeriksa Sampel Virus Corona. Bagaimana Kepri?

angkaberita.id – Selain keterbatasan peralatan dan material pengujian, jumlah tes PCR deteksi COVID-19 di tanah air masih jauh dari standar WHO juga akibat beban pengujian di laboratorium akibat banyaknya sampel masuk. Bahkan, untuk sebagian, juga akibat tenaga laboratorium takut terinfeksi virus corona.

Berdasarkan standar WHO, jumlah ideal tes COVID-19 tiap pekan 1.000 per satu juta penduduk. Dengan jumlah penduduk 269 juta jiwa, jumlah tes COVID-19 per pekan di tanah air idealnya sebanyak 268 ribu orang. Namun, hingga pekan kedua September (6-12/9/2020), baru separuh target WHO, yakni 134.996 orang per pekannya.

Pemicu rendahnya jumlah tes, terutama terjadi di daerah, selain ketiadaan dan keterbatasan mesin penguji PCR, juga tingginya beban kerja petugas laboratorium seiring banyaknya jumlah sampel harus diuji. Di Jambi semisal, seperti ditulis Katadata, petugas laboratorium kesehatan kesulitan mengadakan tes lantaran ketiadaan mesin PCR.

“Kami lebih tertinggal karena kami belum ada sama sekali pemeriksaan PCR,” kata Nurlaini, Petugas Labkes Jambi. Sejauh ini, katanya, hanya BPOM Jambi penguji PCR. Labkes lain menyiasati dengan menempatkan lima tenaga laboratoriumnya. Setelah bertambah personel, muncul masalah stok material reagen dan bahan habis pakai (BHP) PCR terbatas.

Mereka mengaku telah meminta ke Satgas COVID-19 setempat, namun belum tembus. Hasilnya, berdasarkan data hingga Rabu (16/9/2020) pukul 17.00 WIB, Jambi hanya mampu memeriksa 98 orang per satu juta penduduk setiap pekannya, sekaligus termasuk dari sekian terendah di tanah air.

Kasus COVID-19 di Jambi, hingga tanggal itu, sebanyak 345 kasus. Kendala berbeda diungkapkan Rudiyanto, petugas Labkes di Sulawesi Tengah. Selain kemampuan mesin PCR hanya mampu memeriksa 14 sampel sekali operasi, sehingga per hari hanya mampu menguji maksimal 100 sampel saja. Itu dengan kondisi, pekerja labkes bekerja lembur hingga malam.

Mereka mengaku telah mengeluhkan itu ke Kepala Satgas COVID-19 Doni Monardo, dan agar mendapat bantuan mesin sehingga target uji PCR minimal 200-300 sampel per hari. Namun hingga kini, bantuan mesin PCR belum terealisasi. Selain keterbatasan mesin PCR, Rudiyanto juga mengungkapkan, beban kerjanya.

Selain sampel dari Sulawesi Tengah, pihaknya juga menangani pemeriksaan sampel dari satu kabupaten di Sulawesi Barat. Hingga 16 September, kasus COVID-19 di Sulawesi Tengah sebanyak 276 orang. Sedangkan kapasitas tes PCR per pekan hingga 14 September hanya 42 orang.

Selain beban kerja, Rudiyanto juga blak-blakan soal belum menerima insentif COVID-19 meskipun telah bekerja sejak 4 Mei. Padahal, seharusnya per Juli kemarin, harus sudah cair. Pihaknya telah meminta Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola agar menalangi insetif Rp 5 juta per petugas Labkes dari APBD. Namun mereka hanya mendapatkan Rp 1,3 juta.

“Kami keberatan lantaran dibayar sesuai standar biaya umum,” ujar Rudiyanto. Kendala serupa juga dialami Baiq Sunarniati, petugas Labkes dari Papua. Dia mengatakan, dana dukungan pemerintah untuk pengadaan alat pelindung diri dan BHP mandek sebulan lalu. “Meski saat itu belum mendapatkan (dana), tapi kami tetap melakukan pelayanan,” kata Baiq.

Secara umum, menurut Kepala Labkesda DKI Jakarta Endra Muryanto, kendala terjadi sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Dia berhatap Kemenkes dapat membatu persoalan itu. Apalagi soal insentif telah tegas diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/278 Tahun 2020.

Petugas Labkes berhak insentif Rp 5 juta. Hingga 13 September, menurutnya, telah 275 laboratorium menjadi lokasi pemeriksaan sampel COVID-19 di tanah air. Kepala Satgas COVID-19 Doni Monardo menyatakan, meski terdapat kendala pihaknya telah mengirim sejumlah mesin PCR ke daerah. Meski demikian, menurutnya, persoalannya tak semata itu saja.

Tak sedikit menurutnya, petugas Labkes takut mengoperasikan peralatan lantaran khawatir terinfeksi COVID-19. “Ini memerlukan langkah, termasuk mencari teknologi yang aman,” kata Doni, Kamis (3/9/2020) seperti dilansir CNN Indonesia.

(*)

Bagikan
Exit mobile version