Mengenal Rare Earth Rebutan China-Amerika Serikat, Tetangga Kabupaten Lingga Kaya Ini
angkaberita.id – Selain saling tutup paksa konsulat, perang dingin China dengan Amerika Serikat juga terjadi soal penguasaan tanah jarang (rare earth). Selain sebagai bahan persenjataan militer, tanah jarang juga komoditas paling diburu saat ini.
China pemilik cadangan terbesar di dunia, dan Sumatera khususnya Bangka Belitung terbilang kaya dengan material itu. Pemerintah seperti diakui Luhut Pandjaitan, Menko Maritim Dan Investasi tengah mencari negara investor. Selain ke Amerika Serikat, Luhut mengaku China juga siap menangkap peluang itu.
Find more statistics at Statista
Akan tetapi demi menjaga iklim investasi di tanah air, Luhut enggan menyerahkan ke negara itu. Dia mengatakan, Amerika Serikat kelabakan setelah China menghentikan penjualan rare earth ke sana. Tak heran, banyak kalangan menganalisis rare earth bakal menjadi amunisi China melawan tekanan Negeri Paman Sam.
“Ini kita juga memang dilematis, karena rare earth kan paling banyak diproduksi di Tiongkok, Amerika sendiri begitu di-banned Tiongkok itu kelabakan juga. Nah investor yang paling cepet sekarang itu Tiongkok. Nah, kalau kita semua kasih Tiongkok nanti semua mental,” kata Luhut, seperti dilansir CNBC Indonesia, Sabtu (25/7/2020).
Pemerintah agaknya ingin keseimbangan. “Jadi kita ya memelihara ekuilibrium kita cari investor, apakah Amerika mau, kita coba atau yang lain,” jelas Luhut. Menurutnya, mencari investor bukan perkara mudah, terlebih denga pertimbangan utama sesuai dengan kepentingan nasional.
“Ada perhitungan strategi kita, pertimbangan geopolitik sebelum memutuskan itu dan seberapa banyak yang akan kita berikan, nggak akan kita berikan semua,” kata Luhut. Di Sumatera, material itu paling banyak ditemukan di Bangka Belitung, lokasinya penghasil tambang timah.
Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosma Djohan mengaku sudah bertemu dengan Prabowo, Menteri Pertahanan. Prabowo dan Luhut serius menggarap material ini sebagai bahan naku senjata sekaligus komoditas masa depan. “Ini adalah mineral-mineral sangat memiliki potensi untuk ketahanan negara kita,” kata Erzaldi.
Harian terkemuka Hongkong, South China Morning Post dengan apik menurunkan laporan visualisasi kegunaan rare earth. Selain menjadi bahan produk peralatan rumah tangga termasuk mobil listrik, rare earth paling krusial menjadi material persenjataan militer, khususnya drone. Mesin pembunuh tanpa awak itu diyakini menjadi senjata tipikal perang masa depan. (*)