angkaberita.id

Duet TikTok-KPop Permalukan Kampanye Trump, Pelajaran Buat Kontestan Pilgub Kepri?

pilgub kepri 2019 bukan hanya pemilihan umum serentak namun juga hajatan pemilu di tengah kondisi pandemi covid-19. bagaimana para kontestan seharusnya menyikapinya?/foto potretnews.com

Duet TikTok-KPop Permalukan Kampanye Trump, Pelajaran Buat Kontestan Pilgub Kepri?

angkaberita.id – Beberapa hari terakhir, pemberitaan sejumlah media online di Kepri banjir dengan otak-atik dan gotak-gatuk pasangan petarung Pilgub Kepri pada Desember mendatang, lengkap dengan argumentasi dan prospek elektoralnya.

Sebelum KPU Kepri ketuk palu pleno penetapan pasangan calon, skenario dan sodor menyodorkan paket itu sesuatu lumrah dan masuk akal. Apalagi calon pemilih sekaligus pemilik hak suara pada coblosan gubernur di Kepri mendatang, juga beragam latar belakang ideologinya, bahkan spektrum pilihan media sosial alias medsosnya.

Kondisi terakhir juga terjadi di Amerika Serikat, kebetulan Pilpres Amerika Serikat sebulan lebih dulu dibanding Pilgub Kepri. Dengan kata lain, pada November mendatang nasib Donald Trump bakal ditentukan: Berlanjut empat tahun atau bakal mengikuti jejak George HW. Bush, menjadi presiden satu periode.

Terbaru, seperti dilansir Aljazeera, penggila TikTok dan penggemar Korean Pop (K-Pop) di Negeri Paman Sam mempermalukan kampanye Trump. Berbekal medsos, mereka ramai-ramai berjanji mendaftar menghadiri kampanye terbuka kali pertama, setelah musim pandemi COVID-19, kubu Trump di Tulsa, Oklahoma.

Di awal, Trump senang hati mendengar klaim otak kampanye digitalnya, Brad Pascale. Stadion lokasi kampanye terbuka bakal penuh sesak dengan jumlah pendaftar online itu. Namun, di hari H justru pembatalan orasi politik Wapres Mike Pence seiring melompongnya setengah kursi stadion di Oklahoma, benteng pemilih Partai Republik.

Semua itu, pengakuan sejumlah penggila TikTok dan K-Pop di sana, ulah mereka. Memang mereka mendaftar online, namun tujuannya ialah untuk tidak pergi alias mengacaukan klaim kampanye kubu Trump. Kubu Trump meradang, dan segera melemparkan sejumlah pembelaan sekaligus pembenaran.

Apapun, kini nasib Brad Pascale di ujung tanduk. Apalagi duet Ivanka Trump dan sang suami, Jared Kushner, dengan status penasihat luar biasa dan berkuasa penuh Presiden Trump, tak senang dengan kondisi itu. Kabar terakhir, Trump juga uring-uringan. Kejadian itu seperti mengingatkan ironi pelantikan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada Januari 2017.

Trump kesal lantaran jumlah pengunjungnya, meski dirinya mengklaim dihadiri jutaan pendukung, namun sejumlah foto pemberitaan sejumlah media utama di Amerika Serikat, justru menunjukkan sebaliknya. Jumlah pengunjungnya kalah jauh di bawah pelantikan Presiden Barack Obama.

Sebelum berangkat ke Oklahoma, Trump dikabarkan sudah kesal lantaran tersiarnya kabar tim pendahulu kampanye kepresidenan ternyata terjangkit COVID-19. Oklahoma sendiri terbilang episentrum COVID-19 di Negeri Paman Sam. Bahkan, dinas kesehatan setempat mengingatkan nekat hadir risiko terjangkit tinggi.

Namun kubu Trump tak mau mengakui sepinya kampanye Trump akibat kekhawatiran COVID-19 itu. Sebaliknya, mereka menuding aksi demonstrasi di lokasi menjadi biang malasnya pendukung Trump ke lokasi. Klaim itu belakangan terbukti mengada-ada. Karena, seperti dilaporkan The Guardian, nyaris tidak ada demonstrasi di lokasi.

Dalih lain menyangkal kegagalan itu, kubu Trump dengan bangga mengatakan, setiap data pendaftar kampanye online menjadi modal ke depan. Namun tak disebut maksud dari alasan itu. “Kubu kiri (Demokrat) selalu membodohi diri sendiri dengan berfikir mereka cerdas. Mendaftar (online) kampanye berarti juga mendaftarkan (data) nomor ponsel,” kata Tim Murtaugh, Jubir Kampanye Trump, “Kami berterima kasih karena (data) nya”.

Sekadar informasi, meskipun BOK Center lokasi kampanye terbuka Trump berkapasitas 19.000 tempat duduk, namun diperkirakan kurang setengahnya terisi. Kubu Trump sendiri mengklaim, sedikitnya 12.000 orang hadir mengisi kursi-kursi itu.

Alexandria Ocasio-Cortez, anggota DPR asal Demokrat menyengat telinga Trump dengan menyalahkan Pascale. Penggila TikTok dan penggemar K-Pop telah memperdaya Trump dan kubunya. Mereka percaya bakal datang jutaan orang, tak tahunya malah kursi melompong.

“K-Pop, lihat kami apresiasi sumbangsih kalian dalam perjuangan demi keadilan,” kata AOC, demikian sapaan akrab satu dari sedikit politikus perempuan paling ditakuti Trump di Amerika Serikat. Nama lain ialah Nancy Pelosi, Ketua DPR di sana. Di Amerika Serikat, panggung politik identik kubu Demokrat dan Republik.

Bagaimana Pilgub Kepri? Sejauh ini, pemberitaan masih berkutat dan berputar-putar soal jagoan di kontestasi politik mendatang seiring mendekatnya jadwal dan tahapan pendaftaran kontestan.

Jika merujuk ketentuan 20 persen kursi DPRD, berdasarkan hasil Pileg 2019, tak ada satupun parpol di Kepri dapat mengusung sendiri calonnya, kecuali berkoalisi dengan parpol lain. Karena mengusung calon diperlukan minimal 9 kursi, dan DPRD Kepri sebanyak 45 kursi.

Namun empat parpol pemenang pemilu berpeluang besar mengusung jagonya. Yakni PDIP, Golkar, PKS dan Nasdem. Sejauh ini, tiga nama mencuat di bursa. Yakni, Soerya Respationo, Ansar Ahmad dan Isdianto. Ke depan, jika ketiganya benar-benar maju dan resmi terdaftar sebagai kontestan di KPU Kepri maka kejadian yang dialami Trump di Amerika Serikat dapat menjadi pengalaman berharga.

Pertarungan ke depan, bukan sekadar kontestan memikat pemilih namun lebih dari itu, juga kontestan meyakinkan para pemilik hak suara datang ke TPS menggunakan hak suaranya dan mencoblos dirinya, di tengah prediksi belum meredanya pandemi COVID-19, setidaknya hingga akhir tahun.

peta isu elektoral dan basis konstituen pilpres di amerika serikat berdasarkan spektrum ideologi dan partai politik, yakni partai demokrat dan partai republik/infografis via portal informationisbeautiful.net

(*)

Bagikan
Exit mobile version