Xi Jinping Perintahkan Militer China Siap Perang, Gempur Taiwan?
angkaberita.id – Presiden China, Xi Jinping memerintahkan angkatan bersenjatanya meningkatkan kesiagaan seiring meningkatnya tensi perang dingin China dengan Amerika Serikat, terutama selama pandemi COVID-19.
Berdalih meningkatnya ancaman keamanan, Presiden Xi seperti dilansir South China Morning Post mengatakan, kesiagaan diperlukan agar dapat menangkal setiap ancaman keamanan. Setelah pandemi COVID-19 dapat dikendalikan, Xi memerintahkan militer China bersiap diri dengan ancaman berikutnya.
“Penting mencoba cara berlatih dan mempersiapkan diri menghadapi perang karena upaya pengendalian epidemi (COVID-19) telah ternormalisasi,” tegas Xi di sela-sela pertemuan tahunan Konggres Rakyat Nasional, pertemuan penting para wakil rakyat di China, seperti dikutip kantor berita China, Xinhua.
Sebagai Ketua Komisi Militer Pusat, Xi mengatakan, pandemi COVID-19 telah melahirkan tantangan bagi militer China. Namun kemanunggalan tentara, rakyat dan kekuatan politik China berhasil menyingkirkan krisis wabah virus corona itu. Selain memerintahkan tentaranya bersiap perang, Xi juga meningkatkan anggaran militernya.
Di depan petinggi militer, Xi menegaskan penambahan 6,6 persen anggaran militer dibanding tahun lalu. Jubir Kementerian Pertahanan China, Wu Qian mengatakan, meningkatnya ancaman keamanan, khususnya isu Taiwan menjadikan militer meningkatkan kesiagaan.
Katanya, dengan dukungan kekuatan asing, partai penguasa di Taiwan seperti bersiap diri memisahkan diri dari China. “Situasi menghadapi separatisme semakin mengkhawatirkan,” tegasnya seakan merespon pernyataan Mike Pompeo, Menlu Amerika Serikat saat memberikan ucapan selamat kepada Tsai Ing-wen, menjabat Presiden Taiwan periode kedua.
Kekesalan China bertambah setelah Amerika Serikat menyetujui penjualan kapal selam senilai 180 juta dolar Amerika ke Taiwan. China masih menganggap Taiwan sebagai provinsinya dan berjanji menggunakan kekuatan militernya jika diperlukan demi mempertahankan kedaulatan.
Seperti diketahui, perang dingin China dengan Amerika Serikat kian menjadi-jadi selama pandemi COVID-19 menghajar sekujur dunia, terutama Amerika Serikat. Selain memiliki kasus infeksi tertinggi di dunia, kasus kematian COVID-19 di Negeri Paman Sam juga terbanyak di dunia.
Data terakhir, bahkan telah menembus angka 100 ribu jiwa. Kondisi itu memicu lawan politik menghujaninya kritik akibat kegagalan menanggulangi pandemi.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump seperti kehabisan akal dengan kondisi itu dan mulai mengalihkan dengan menyalahkan China dan WHO seiring mendekatnya Pilpres 2020 di bulan November mendatang.
Berdasarkan analisa terhadap sejumlah pemberitaan media, perang dagang China dengan Amerika Serikat menjelma menjadi psywar selama pandemi COVID-19. Amerika Serikat bermanuver dengan menyebut China biang di balik pandemi COVID-19, dengan tetap menyebut COVID-19 sebagai “Virus Wuhan”.
Karenanya, Trump menggalang dunia internasional menggelar penyelidikan independen terhadap muasal COVID-19. Australia menjadi speaker Amerika Serikat terkait tuntutan itu. Selain itu, Amerika Serikat juga menggugat China ke pengadilan.
Missouri, negara bagian di Amerika Serikat telah memanaskannya dengan menggugat China ke pengadilan setempat. Missouri diperintah Partai Republik, parpol pendukung Trump.
Di luar perang diplomasi, Amerika Serikat dengan China juga terlibat psywar di Laut China Selatan, khususnya isu Taiwan. Keduanya diketahui bermanuver dengan mengirimkan kekuatan militernya di kawasan Laut China Selatan. (*)