Amerika-China Memanas, Kubu Presiden Trump Pakai ‘Nama Jalan’ Jadi Amunisi Tambahan
angkaberita.id– Berbagai cara dilakukan Amerika Serikat demi menekan China, termasuk dengan mengirim pesawat pengebom ke Laut China Selatan. Berdalih melindungi kawasan Indo-Pasifik, pesawat pengebom berkemampuan nuklir B-1 kerap berpatroli di lautan dekat Kabupaten Natuna itu.
Pengiriman bomber itu seiring meningkatnya perang diplomasi antara Amerika Serikat dan China terkait pandemi COVID-19. Amerika Serikat meyakini China bertanggung jawab terhadap pandemi virus corona. Bahkan, Amerika Serikat terus memakai istilah Virus Wuhan, dan bukannya COVID-19 seperti rekomendasi WHO.
Langkah Amerika Serikat itu, diyakini sebagian kalangan, sebagai cara mengalihkan kegagalan pemerintahan Donald Trump menangani pandemi COVID-19 di negerinya. Berdasarkan data, hingga 16 Mei 2020, pukul 23.40 GMT, kasus infeksi COVID-19 di Amerika Serikat terus melejit, dan menjadi tertinggi di dunia.
Dari 4.715.300 kasus COVID-19 di seluruh dunia, sebanyak 1.506.227 kasus di antaranya terjadi di Amerika Serikat, atau terjadi penambahan kasus baru sebanyak 21.942 dibanding sehari sebelumnya. Dengan korban meninggal sebanyak 89.538 jiwa, nyaris sepertiga jumlah pasien meninggal di seluruh dunia, yakni 312.315 jiwa.
Selain tekanan diplomasi dan militer, Amerika Serikat juga menempuh berbagai cara menekan China sekaligus meyakinkan dunia jika Negeri Tirai Bambu memang layak bertanggung jawab atas merebaknya pandemi COVID-19, termasuk dengan mengganti nama jalan lokasi Kedubes China di Washington DC, ibukota Amerika Serikat.
Usulan penggantian nama itu disuarakan sejumlah senator kubu Partai Republik, partai pendukung Presiden Trump. Selain Senator Tom Cotton, seruan juga dilontarkan Senator Marco Rubio. Senator Cotton dikenal keras (hawkish) terhadap China, sedangkan Senator Rubio pendukung berat Trump.
Keduanya ingin nama jalan di depan Kedubes China, yakni International Place, diganti menjadi Li Wenliang Plaza demi mengenang Dokter Li Wenliang. Nama terakhir dihukum rezim Xi Jinping lantaran membocorkan kepada publik soal merebaknya wabah berbahaya. Belakangan diketahui wabah itu ialah pandemi COVID-19.
“Kita ingin memastikan nama Li Wenliang tidak pernah terlupakan – dengan menjadikannya secara permanen sebagai jalan di depan kedubes negara yang bertanggung jawab terhadap kematian Dr Li,” kata Tom Cotton, seperti dikutip The Guardian. Seperti sejawatnya, Senator Marco Rubio juga mengusulkan ikhwal serupa.
Dalam opininya di situs berita Newsweek, senator Republikan asal Florida mengatakan, jika peringatan Li Wenliang ditanggapi serius saat itu, bukan malah dibungkam, diyakini pandemi COVID-19 dapat dilokalisir sehingga tak merebak kemana-mana seperti sekarang.
Langkah legislator kubu Republik menekan negara lain dengan penggantian nama jalan Kedubes di Amerika Serikat, sejatinya bukanlah ikhwal baru. Strategi serupa juga pernah dilakukan pada tahun 2018 saat hubungan Negeri Paman Sam dan Rusia memanas seiring tuduhan rezim Putin “campur tangan” pada Pilpres Amerika Serikat tahun 2016.
Saat itu, mereka mengusulkan agar nama jalan depan Kedubes Rusia di Washington DC diganti menjadi jalan Boris Nemtsov. Boris merupakan pengkritik keras Presiden Rusia, Vladimir Putin dan tewas ditembak di Moskow, ibukota Rusia pada 2015. Namun Dewan Kota Washington DC saat itu menolak usulan itu, meskipun belakangan disetujui.
Usulan penggantian nama jalan depan Kedubes China sejatinya juga bukan kali pertama. Saat itu, sejumlah legislator juga mengusulkan Liu Xiaobo, pengkritik keras Presiden Xi Jinping sekaligus pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, sebagai nama jalan depan Kedubes China, setelah kematiannya.
Sejumlah kalangan di China langsung merespon keras manuver itu, bahkan sebagian di antara mereka mengusulkan balasan dengan mengusulkan agar nama jalan depan Kedubes Amerika Serikat di Beijing diganti menjadi jalan Edward Snowden, buron nomor satu rezim Obama lantaran dituding membocorkan rahasia negara. Kini Snowden dalam status suaka politik di Rusia.
Tak hanya dengan China, Amerika Serikat juga pernah terlibat “perang jalan” dengan India setiap kali terjadi konflik politik. India bahkan telah menamai jalan depan konsulat Amerika Serikat di Kalkuta, India dengan Ho Chi Minh.
Pam Ho, demikian dunia mengenalnya, merupakan bapak revolusi Vietnam sekaligus otak di balik kalah perang Amerika Serikat selama Perang Vietnam. Kalkuta sendiri di India merupakan kantong partai komunis India di Negeri Hindustan itu. (*)