Kisah Tiga ‘Gerbong’ Di Balik Mutasi Besar-besaran Kapolda Di Tanah Air
angkaberita.id– Kapolda Kepri, Irjen Pol Andap Budhi Revianto mengikuti jejak seniornya di kepolisian, Irjen Ronny Sompie mantan Dirjen Imigrasi, promosi di Kementerian Hukum dan HAM sebagai inspektur jenderal kementerian.
Dengan jabatan itu, Andap bakal menyandang bintang tiga di pundak. Irjen Aris Budiman bakal menggantikannya. Aris pernah menjabat Direktur Penyidikan KPK di kepemimpinan Agus Rahardjo. Bersama keduanya, setidaknya 8 Kapolda berganti pejabat.
Mereka bagian dari mutasi besar-besaran terhadap sejumlah perwira tinggi dan menengah di kepolisian. Berdasarkan Telegram Kapolri Nomor ST/1378/V/KEP/2020 tertanggal 1 Mei 2020, Andap bakal menggantikan Jhoni Ginting.
Selain Andap, Kapolri Jenderal Idham Azis juga menunjuk Irjen Nico Afinta menjadi Kapolda Kalsel, dan Irjen Muhammad Iqbal bergeser menjadi Kapolda NTB. Selanjutnya, Brigjen Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng naik pangkat menjadi Kapolda Jateng, dengan dua bintang di pundak.
Irjen Rycko Amelza Dahniel, Kapolda Jateng sebelumnya promosi bintang tiga, mendampingi Idham sebagai Kepala Baintelkam Polri. Berikutnya, Irjen Mohammad Fadil Imran menjadi Kapolda Jatim. Irjen Eko Indra Heri menjabat Kapolda Sumsel, Irjen Fiandar menjadi Kapolda Banten.
Selain Kepri, Kapolda Bengkulu juga berganti. Kini dijabat Brigjen Teguh Sarwono. Kemudian Brigjen Dedi Prasetyo mendudiki kursi Kapolda Kalteng. Keseluruhan terdapat 568 perwira tinggi dan menengah kepolisian berpindah jabatan.
Sebagian besar Kapolda dalam mutasi kali ini berlatar belakang reserse, dan sebagian di antara mereka pernah berdinas di divisi kehumasan kepolisian. Praktis, kini di kepolisian tak sedikit pengisi jabatan strategisnya lulusan Akpol 1988.
Di antara pejabat Kapolda, Brigjen Ahmad Luthfi satu-satunya perwira tinggi di luar Akpol. Menurut Neta Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) itu menjadi bukti perwira tinggi non Akpol juga dapat duduk di jabatan strategis.
Seperti dilansir detik.com, Neta dalam keterangan tertulisnya, juga memiliki analisis di balik mutasi besaran-besaran itu. Menurutnya, di balik tour of duty itu setidaknya terdapat tiga “gerbong” besar di balik mutasi kemarin.
Yakni, perwira tinggi gerbong Istana, Kapolri Jenderal Idham Azis dan Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan. Neta juga menyebut sejumlah nama perwira tinggi diyakini sebagai bagian tiga gerbong itu.
Neta juga menyinggung masih bertahannya sebagian orang Tito Karnavian di sejumlah jabatan strategis, meski sebagian lainnya tergeser. Sebelum ini, IPW juga melontarkan analisis serupa saat pergantian Kapolda Metro Jaya dan Kabareskrim Mabes Polri.
Mereka disebut IPW, sebagai perwira tinggi gerbong Istana lantaran sejumlah alasan, seperti pernah bertugas di Solo atau pernah menjadi bagian dari peristiwa penting terkait keluarga Istana. Saat itu, Mabes Polri membantahnya.
Sejatinya, tak hanya di Polri, analisis serupa juga selalu muncul termasuk saat mutasi perwira tinggi di jabatan strategis TNI. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum, menjadi ajudan Presiden diyakini merupakan tiket masuk ke gerbang perwira tinggi di kemudian hari. (*)