angkaberita.id

COVID-19: Lockdown Konsumsi Listrik Turun, Ancaman Pangan Meningkat

ketahanan pangan sejumlah negara terancam akibat produksi dalam negeri tak mencukupi sedangkan pintu impor terkunci lockdown/foto via medanheadlines.com

COVID-19: Lockdown Konsumsi Listrik Turun, Ancaman Pangan Meningkat

angkaberita-Konsumsi listrik sejumlah negara Eropa berkurang drastis akibat lockdown, baik total seperti Italia dan Spanyol atau partial seperti Jerman. Dengan sekolah tutup, bekerja dari rumah dan pabrik-pabrik berhenti beroperasi di sekujur Eropa, permintaan listrik juga ikut berkurang.

Kendati demikian, tagihan bulanan listrik rumahan dipastikan meningkat lantaran meningkatnya konsumsi akibat harus “mengunci” di rumah. Seperti dilansir Statista mengutip riset Bruegel, lembaga kajian di Brusel, Belgia, disebutkan Italia paling tinggi penurunan konsumsinya.

Konsumsi listriknya turun 27 persen dibanding kondisi hari-hari tahun 2019. Spanyol menyusul dengan penurunan 21 persen. Belgia berada di urutan ketiga, yakni 17 persen. Italia dan Spanyol merupakan dua negara paling total “mengunci” negaranya demi menekan laju penularan COVID-19.

Lima negara lainnya, dengan penurunan, selama pandemi COVID-10 di antaranya Austria, Prancis, Portugal, Inggris dan Jerman. Bersamaan dengan kabar penurunan konsumsi listrik, lockdown di sejumlah negara, itu juga terdengar ancaman kelaparan akibat tiadanya orang memanen hasil produksi.

Katadata dalam telaahnya menulis, Italia dan Spanyol dua produsen komoditas utama di Eropa merasakan betul ekses lockdown selama beberapa pekan terakhir. Upaya mereka, selama ini mendatangkan pekerja migran dari benua Afrika, terkendala akibat negara asal melarang warganya bepergian.

Ketahanan pangan dunia juga dalam ancaman akibat sejumlah negara produsen pangan, semisal Vietnam dengan berasnya, juga menahan ekspor dengan alasan sebagai antisipasi cadangan dalam negeri.

Ancaman pangan juga mengintai tanah air, terutama tiga komoditas seperti beras, gula dan daging. Selain stok produksi dalam negeri tak mencukupi, juga impor tak semudah sebelumnya akibat lockdown sejumlah negara produsen. (*)

Bagikan
Exit mobile version