angkaberita.id

Perawat Di Pusaran COVID-19, Mengulang Perjuangan Seabad Lalu

sejumlah tenaga medis berguguran saat menangani pasien covid-19 di tanah air. foto ilustrasi perawat/foto via medan.tribunnews.com

Perawat Di Pusaran COVID-19, Mengulang Perjuangan Seabad Lalu

angkaberita.id – Seiring melejitnya serangan infeksi COVID-19, kabar nestapa terus terdengar dari tenaga medis, terutama dokter dan perawat. Bukan hanya berguguran saat berjuang menyelamatkan nyawa pasien, namun juga tercampak akibat kebijakan tak masuk akal sejumlah rumah sakit.

Hingga sejauh ini, di seluruh dunia sedikitnya 100 dokter dan perawat berpulang, sebagian besar di Italia. Ribuan lainnya terjangkit virus corona. Di tanah air, jumlahnya juga tak sedikit. Meskipun masih simpang siur, sedikitnya terdapat 25 tenaga medis meninggal, termasuk 6 perawat.

Bersama dokter, perawat menjadi garda depan perang melawan pandemi COVID-19. Tak hanya COVID-19, perjuangannya juga terlacak sejak berabad-abad silam dengan situasi dan predikat berbeda.

Kasus spanish flu pada 1918-1920 menjadi bukti puncak pengabdian mereka saat hampir 50 juta nyawa melayang di sekujur dunia akibat virus yang mewabah di akhir perang dunia pertama.

Setelah perang dunia kedua berakhir dan berdiri PBB selang beberapa tahun kemudian berdiri Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 7 April 1948, sebagai organ khusus PBB dengan tugas memperbaiki kesehatan publik secara global.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini WHO memfokuskan peringatan pada perawat dan bidan di sekujur dunia seiring pandemi COVID-19. Ibarat perang, kini perawat bersama tenaga medis lainnya merupakan garda depan sekaligus ujung tombak perlawanan terhadap virus corona.

Namun ternyata tak semua negara banyak jumlah perawat dan bidannya. Dari sebagian itu, hanya segelintir negara dengan jumlah perawat terbilang tinggi. Sebagian besar berada di negara maju di benua Eropa.

Berdasarkan data, seperti ditulis Statista, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah perawat tertinggi di dunia per 10.000 penduduk, sedangkan Afrika Selatan rasio terendah di dunia.

Hampir sebagian besar negara maju seperti Jerman, Jepang, Prancis, Italia, Spanyol dan China tinggi rasionya. Ironisnya, justru di negara-negara itu kasus pandemi COVID-19 merajalela sehingga membuat mereka kewalahan.

Lalu bagaimana dengan kondisi di tanah air dan Kepri? Berdasarkan data BPS dalam laporan bertajuk Statistik Indonesia 2020, jumlah perawat dan bidan di tanah air per 2019 sebanyak 555.776 orang. Di Kepri, per 2018 khusus perawat jumlahnya sebanyak 4.596 orang.

Bagaimanapun kondisinya, kini publik mengandalkan perawat dan tenaga medis dalam perjuangan menghadapi pandemi COVID-19 di tanah air, terutama demi melandaikan kurva infeksi virus corona.

Kita dapat membantu mereka dengan mematuhi kebijakan pemerintah melawan COVID-19, seperti berperilaku sehat serta mengindahkan selalu social distancing dan physical distancing.

(*)

Bagikan
Exit mobile version