angkaberita.id

Pandemi COVID-19 Bikin Agen Mata-mata Tiarap, Sibuk Berburu Ventilator

pemutaran perdana sekuel film james bond, agen intelijen fiksional inggris, bulan april ini terpaksa ditunda akibat pandemi covid-19. kelangkaan ventilator dan alat kesehatan memaksa banyak negara mengerahkan intelijennya berburu stok kebutuhan itu/foto getty images via bbc.com

Pandemi COVID-19 Bikin Agen Mata-mata Tiarap, Sibuk Berburu Ventilator

angkaberita.id– Pandemi COVID-19 benar-benar mengubah norma sosial, setidaknya selama belum mereda serangan virus coronanya, di hampir seluruh aspek kehidupan. Cara kerja di musim pandemi juga berubah total, termasuk dunia intelijen.

Seiring kebijakan lockdown, pembatasan jarak sosial dan physical distancing, keleluasaan gerak komunitas intelijen juga terbatas. Tak kurang, kondisi itu juga terjadi di kalangan telik sandi Amerika Serikat.

Seperti ditulis Time, kini tak mudah bagi agen Negeri Paman Sam di luar negeri bergerak sekadar menjumpai kontaknya lantaran hampir seluruh kondisi ideal penyamaran tak ada lagi. Sebut saja kedai kopi, taman kota, restoran dan sebagainya, karena seluruhnya tutup.

Nekat berkeliaran tanpa alasan jelas hanya akan mengundang kecurigaan. Kondisi serupa juga diklaim terjadi pada agen telik sandi semua negara. Namun bukannya mereka lantas berhenti mencari dan mencuri informasi. Sebaliknya, meski harus memutar akal, mereka tetap harus terus mengumpulkan informasi.

Kerja dari rumah dengan bantuan teknologi menjadi opsi. Namun persoalannya, informasi yang diperoleh “tak sebasah” dibanding hasil pengumpulan agen di lapangan, terutama guna mendapatkan konteks dari informasi dimaksud.

Kabar terakhir, seiring pandemi COVID-19, pekerjaan mereka kian bertambah pelik lantaran, malah bukan tak mungkin, bersaing dengan sekutunya sendiri. Pemicunya: Ventilator! Alat bantu pernafasan itu kini tengah menjadi alat kesehatan paling dicari telik sandi di sekujur dunia, bukan hanya ketersediaan namun juga keberadaannya.

Laporan Katadata mengungkapkan persaingan sengit di antara lembaga telik sandi memperebutkan peranti paling dibutuhkan pasien COVID-19 seiring kelangkaan di pasaran dunia. Amerika Serikat bahkan harus mengaktifkan undang-undang produksi nasional demi menambal krisis ventilator.

Dengan perundangan itu, pemerintah dapat memaksa perusahaan tertentu memproduksi barang di luar bisnis intinya. Pabrikan mobil General Motors dan Ford bahkan telah mulai memproduksi ventilator. Begitu juga dengan perusahaan lainnya diperintahkan memproduksi masker dan alat kesehatan lainnya.

Pabrikan motor agaknya paling dominan mengerjakan ventilator. Di Italia semisal, pabrikan Ferrarri yakni Fiat-Chrysler juga menggenjot produksinya. Pun, di Jerman raksasa otomotif Daimler dan Volkswagen mendapatkan tugas baru seperti sejawatnya di Inggris, yakni McLaren. Pendeknya, persaingan di sirkuit F1 berganti ke ruang medis dengan kecepatan dan indikator nyaris sama, yakni waktu.

Bedanya, di arena F1 mengejar waktu tercepat, sedangan di ruang ICU diburu waktu nafas pasien tersengal-sengal. Pabrikan otomotif di tanah air juga menyatakan siap menyediakan ventilator, baik Gaikindo dan AISI menyatakan kesanggupan dengan argumentasi masing-masing.

Seberapa pentingkah ventilator itu? Berdasarkan data WHO, 80 persen pasien infeksi COVID-19 sembuh tanpa membutuhkan penanganan khusus, namun 1 dari 6 pasien kritis kesulitan bernafas. Karenanya, tak sembarangan menggunakan ventilator.

seorang dokter memasangkan ventilator ke pasien/foto via themoscowtimes.com

Uniknya, kelangkaan justru melahirkan inovasi seperti modifikasi alat bantu pernafasan snorkeling, dan sebagainya. Kasus di Italia dan Amerika Serikat membuktikan pedihnya pelajaran pandemi COVID-19.

Tingginya angka kematian di Italia bukan karena buruknya sistem kesehatan, jebolnya kapasitas sistem kesehatan di sana akibat lonjakan pasien. Pun Amerika Serikat, terus meroketnya kasus infeksi di sana bukan akibat tak siapnya dokter di sana, sebaliknya akibat tak sebandingnya pasien dengan tenaga medis.

Italia, seperti juga negara kaya eropa lainnya, memiliki sistem kesehatan terbaik dunia. Amerika Serikat menjadi negara paling siap menghadapi pandemi di dunia. Keduanya terbaik, baik dalam rasio tenaga dokter maupun tempat tidur per 1.000 penduduk seperti digariskan WHO.

Lalu bagaimana kondisi di tanah air? Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di depan angggota DPR mengungkapkan, menangani pandemi COVID-19 pemerintah menyiapkan 40 ribu lebih tempat tidur di 132 rumah sakit rujukan, di luar rumah sakit di Pulau Galang Batam dengan kapasitas 1.000 tempat tidur, dan siap beroperasi pekan depan.

“Jumlah ventilator yang ada sebanyak 8.413 ventilator, tersedia di 2.867 RS yang tersebar di seluruh Indonesia. RS tersebut meliputi RS pemerintah maupun swasta,” ujar Menkes seperti dikutip detik.com. Namun Menkes tak merinci rincian rumah sakitnya.

Begitu juga dengan tenaga dokter, meskipun belum sebaik rasionya dibanding negara ASEAN lainnya, namun jumlahnya tak sedikit. Jumlah dokter spesialis sebanyak 40.320 orang, tersebar di 2.877 rumah sakit, milik pemerintah dan swasta, di sekujur tanah air.

Kemudian dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan dan lainnya sebanyak 2.005.972 orang , tersebar di rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan masyarakat lainnya.

Bagaimana dengan Kepri? Kendati belum setinggi DKI Jakarta rasio tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk, namun Kepri termasuk 10 tertinggi rasionya di tanah air.

Jumlah dokter di Kepri, meskipun terkonsentrasi di Batam, jumlahnya juga tak sedikit. Jika seluruh potensi dikerahkan, berdasarkan data BPS Kepri, per 2018 terdapat 1.723 dokter dengan rincian 565 dokter spesialis, 928 dokter umum dan 230 dokter gigi.

Dengan jumlah penduduk Kepri, masih mengutip data BPS Kepri, per 2018 sebanyak 2.136.520 jiwa, maka rasio dokternya sebesar 0.08 persen alias 8 dokter per 10.000 pasien.

Sedangkan jumlah rumah sakit sebanyak 27 unit, tersebar di 7 kabupaten dan kota. Jumlah itu di luar Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Selama pandemi COVID-19, Kepri menyiagakan 33 rumah sakit rujukan, sebagian besar berlokasi di Batam. (*)

Bagikan
Exit mobile version