COVID-19, Berharap Tuah Cinchona Si Pohon Demam Lawan Virus Corona
angkaberita.id– Adalah Sebastiano Bado, seorang dokter Italia. Dia bercerita, berkat obat tradisional dari hutan pegunungan Andes, istri Gubernur Spanyol di Peru, Luis Jerónimo de Cabrera, bergelar Count Chinchón, sembuh dari demam tertiana.
Bado mengklaim mendapatkan resep itu dari Antonius Bollus, seorang saudagar Italia di Peru. Sang istri gubernur setelah sembuh dikabarkan memborong obat tradisional itu ke eropa. Seorang penulis sekaligus petualang Inggris, Clements Robert Markham mengindentifikasi sang istri gubernur ialah Ana de Osorio.
Belakangan terungkap, Ana telah meninggal beberapa tahun sebelum sang suami diangkat menjadi wakil raja Spanyol di Peru. Penelusuran Haggis, seperti tulis wikipedia, menemukan nama dimaksud Clement sesungguhnya ialah Francisca Henriques de Ribera, istri kedua sang gubernur.
Karena Ana menikahi Luis pada Agustus 1621, dan empat tahun kemudian meninggal. Luis menikah lagi, dan membawa sang istri ke Peru tahun 1628.
Namun Haggis tak menemukan catatan sakit demam pada sang istri kedua. Justru Luis, dalam catatan buku harian sang istri, paling sering kena serangan malaria, biasa dikenal dengan demam tertiana.
Berkat kisah Chinchón, kendati menuai banyak bantahan, cerita Bado di tahun 1663, itu telanjur dipercaya sebagai kenyataan. Berkat Chinchón pula, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dikabarkan mulai dapat sedikit tersenyum.
Sebelumnya, Trump habis-habisan kena kritik sejumlah kalangan di dalam negeri akibat menyepelekan COVID-19, bahkan disebut mulai meredupkan peluangnya kembali memenangi pemilihan presiden di Negeri Paman Sam pada November mendatang.
Berkat khasiat pengobatan dalam kisah Bado itu, Carl Linnaeus memberi nama tanaman berdaun bentuk hati itu, sebagai Cinchona officinalis. Carl Linnaeus merupakan bapak taksonomi dunia, jasanya ialah memberikan nama berdasarkan ciri khas hingga tingkatan spesies dalam dunia flora sebagai plasma nutfah.
Tanaman endemik pegunungan Andes, terutama di Ekuador itu disebut memiliki 23 spesies dalam edisi revisi taksonomi tahun 1998, dari sebelumnya 300 spesies. Seorang padri Jesuit juga memakai ekstrak pohon kina sebagai pengobatan demam. Saking populernya, tanaman itu juga disebut pohon demam.
Orang Indonesia menyebut tanaman itu sebagai kina, dan dikenal sebagai bahan pembuat pil kina obat anti malaria. Daerah Pengalengan di Jawa Barat terkenal sebagai ladang pembudidayaan tanaman yang mengandung senyawa quinine dan alkaloid turunannya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat menyebut, senyawa chloroquine dan hydroxychloroquine bukan cuma buat malaria, tapi juga lupus dan peradangan sendiri.
Trump gembira lantaran kalangan peneliti dan ilmuwan di China dan Prancis mengonfirmasi keduanya dapat dipakai sebagai pengobatan selama perawatan pasien COVID-19.
Kendati memantik polemik, lantaran diyakini senyawa itu produk kimiawi namun kebetulan memiliki kemiripan struktur dengan ekstrak kina.
Karenanya, sejumlah ilmuwan menyarankan uji klinis lebih lanjut, meskipun kalangan ilmuwan lainnya mengklaim klorokuin dapat menghambat kemampuan virus baru untuk menginfeksi dan tumbuh di dalam sel saat diuji pada kera.
Presiden Jokowi berencana menggunakan kedua obat itu demi menghambat laju COVID-19 di dalam negeri, selain peralatan test kit pendukung kebijakan tracking massal demi memperlambat penyebaran wabah menuju puncaknya.
Apalagi hingga Jumat (20/3/2020) kasus COVID-19 di tanah air terus bertambah. Laporan resmi pemerintah melalui gugus tugas COVID-19, terdapat 369 kasus dan 32 pasien di antaranya meninggal. Pasien sembuh sebanyak 17, dan 320 lainnya dalam perawatan.
Serangan juga berjangkit di 17 provinsi, dengan episentrum serangan di Jakarta sebanyak 215 kasus, dan 18 orang di antaranya meninggal. Di Kepri, jumlah pasien COVID-19 sebanyak 4 orang, 2 orang di antaranya di Batam. Tiga kabupaten, yakni Anambas, Lingga dan Natuna sejauh ini masih nihil kasus COVID-19.
Selain meliburkan sekolah, gugus tugas di kabupaten/kota juga terus berkoordinasi dengan gugus tugas di Pemprov Kepri bahau membahu dengan dunia usaha, secara khusus kalangan pengusaha menggalang dana COVID-19.
(*)