Pendapatan Per Kapita 2019 Nyaris Rp 60 Juta, Inikah Struktur Sosial Di Baliknya?
angkaberita.id– Di tengah kondisi perekonomian tanah air melambat, produk domestik bruto (PDB) negeri kita justru meningkat. Bahkan pendapatan domestik bruto per kapitanya jauh meningkat dibanding periode dua tahun terakhir.
Tahun 2019, seperti ditulis Katadata mengutip data BPS per 5 Februari 2020, PDB per kapita di tanah air sebesar 4.174,9 dolar Amerika, setara Rp 59,1 juta. Tahun 2017, PDB per kapitan di angka Rp 51,89 juta, setahun kemudian sebesar Rp 56 juta.
Praktis, selama dua tahun terakhir, terjadi peningkatan sebesar 5,5 persen dibanding periode tahun 2018, dibandingkan tahun 2018 PDB per kapita 2019 bertambah Rp 8 juta. Padahal, pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 sebesar 5,02 persen.
Bandingkan tahun 2018, perekonomian tumbuh 5,17 persen, alias 2019 melambat sebesar 0,15 persen. Pada kuartal IV tahun 2019, bahkan hanya tumbuh 4,97 persen, terendah sejak 2016. Ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global disebut-sebut sebagai biang keroknya.
Lalu bagaimana dengan struktur demografi di tanah air? Berdasarkan data Bank Dunia per 30 Januari 2020, seperti dikutip Katadata, masyarakat menuju kelas menengah mendominasi struktur demografi di tanah berdasarkan pengeluaran.
Bank Dunia menyebut jumlah demografi itu sebanyak 44,5 persen pada tahun 2016. Dengan pengeluaran sebesar Rp 532 ribu-Rp 1,2 juta per kapita per bulan. Selain masyarakat menuju kelas menengah, struktur demografi di tanah air terbagi ke dalam kelompok miskin, dengan pengeluaran kurang dari Rp 354 ribu per kapita per bulan.
Kemudian masyarakat rentan miskin dengan pengeluaran Rp 354 ribu-532 ribu). Di atasnya kelas menengah Rp 532 ribu-Rp 1,2 juta, dan kelas atas lebih dari Rp 6 juta per bulan. Kelas menengah di tahun itu, tulis Bank Dunia, menjadi lokomotif pertumbuhan. Selain tingkat konsumsi, juga skill SDM-nya terampil, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja.
(*)