angkaberita.id

Mengintip Hantu Pendidikan Bernama PISA, Kenapa Asia Timur Sukses Mengusirnya?

mendikbud mendongeng di depan pelajar di tanah air. menteri nadiem makarim menjadikan indeks pisa sebagai basis pengembangan sistem pendidikan di tanah air ke depan/foto bklm kemendikbud via tempo.co

Mengintip Hantu Pendidikan Bernama PISA, Kenapa Asia Timur Sukses Mengusirnya?

angkaberita.id – Negara-negara maju menggunakan indeks PISA sebagai pengukuran penguasaan pengetahuan dasar pelajar di dunia. Sehingga menjadi rujukan pengukuran kualitas pendidikan suatu negara.

Nah, berdasarkan indeks PISA, pelajar Asia terbilang lebih “pintar” dibanding sebayanya di belahan dunia lain. Berada di peringkat pertama ialah China dengan skor 1.736. Singapura berada di urutan kedua, skornya 1.669.

Urutan ketiga hingga lima besar dunia, masing-masing, Estonia, Jepang dan Korea Selatan. Estonia menjadi satu-satunya wakil benua non Asia dalam lima besar daftar itu. Bahkan, jauh meninggalkan Amerika Serikat dan Jerman, dua negara industri paling sukses di dunia.

Skor Estonia 1.576. Jepang 1.560 dan Korea Selatan 1.559. Khusus negara-negara Asia, sistem pendidikan mereka dikenal kompetitif. Bahkan, Jepang dan Korea Selatan bersaing sebagai negara dengan penggajian terbaik bagi tenaga guru, hanya kalah dari Luksemburg di benua Eropa.

Luksemburg sendiri merupakan satu dari sedikit negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia. Indeks PISA, seperti ditulis Statista, didesain negara anggota OECD dan pengukuran dilakukan setiap tiga tahun sekali.

Pengukuran berfokus pada sistem pendidikan di sekujur dunia. Bentuknya ujian penguasaan pengetahuan dan kemampuan sains, membaca dan matematika, belakangan ditambahkan kolaborasi penyelesaian masalah dan pengetahuan keuangan.

Tes PISA diadakan di 79 negara, dengan 600 ribu pelajar dilibatkan. Mereka diuji kemampuan dan pengetahuan selama dua jam penuh. Hasilnya, empat negara di Asia bertengger di lima besar, Estonia menjadi satu-satunya negara di luar benua Asia.

Khusus China, tes PISA digelar di empat kota, yakni Beijing, Shanghai, Jiangsu dan Zhejiang. Hasilnya, kendati dua kota terakhir di China tak setinggi pendapatan per kapitanya dibanding Beijing dan Shanghai, bahkan jauh di bawah negara-negara anggota OECD, namun otak mereka terbilang encer.

Bagaimana dengan pendidikan di tanah air? Kabar terbaru, Mendikbud kemungkinan besar bakal meniadakan ujian nasional, lantaran sempat menjadi momok pelajar, dan menggantikannya dengan semacam uji kompetensi.

Pun, uji kompetensi itu tidak menyasar pelajar di tahun terakhir lantaran tujuannya buat meningkatkan dan mempersiapkan kemampuan pelajar bersangkutan sebelum menginjak kelas terakhir.

Indeks PISA menjadi satu dari sekian hantu pendidikan di tanah air, selain persoalan kesejahteraan guru, kekurangan tenaga pendidik dan fakta masih adanya 10 persen guru tak layak mengajar di tanah air. (*)

Bagikan
Exit mobile version